Tuesday 26 January 2021

Writing as Remedies





setiap orang punya remedi-nya masing-masing. setiap orang punya kecewanya masing-masing. 

hari ini saya kecewa sekali. dan menulis di sini adalah remedi atau penyembuh saya. 

kalau dipikir, entah berapa kali philosofay sudah menyelematkan saya dari banyak hal buruk yang terjadi pada saya. mulai tahun 2009 lalu, saat blog baru dikenal, saat saya sedang galau-galaunya.

nah, berhubung saya pengen move dari kebiasaan menggalau yang keterlaluan, kali ini saya pengen bicara sedikit tentang kenapa menulis bisa menjadi remedies

Fred McKinney (1976) menemukan bahwa menulis bebas merupakan metode yang bagus yang bisa digunakan oleh banyak mahasiswa untuk meredakan ketegangan selama perkuliahan, serta terbukti mampu memoderasi masa-masa kebingungan, terjadinya konflik, serta kecemasan. lebih lanjut, menulis bebas juga merupakan bagian dari konseling serta bagian dari katarsis diri (McKinney, 1976). 

Yak, berangkat dari sini, jadi ngga salah kan ya kalau saya bikin tesis bahwa menulis adalah media penyembuhan yang tepat 😊

Baik, mari kita cari bagaimana pendapat ahli lain.

Bacigalupe (1996) melakukan penelitian mengenai bagaimana menulis dengan orang lain (bukan menulis kepada atau menulis tentang sesuatu) juga merupakan bagian dari terapi dan konseling. dalam penelitian ini Bacigalupe (1996) menekankan bagaimana seorang terapi bisa menerapkan metode menulis dengan klien-nya sebagai upaya penyembuhan. kalau dari artikel yang saya baca (semoga saya tidak salah) kebanyak terapi menulis yang dilakukan psikiater (?) adalah dengan meminta kliennya untuk menulis tentang sesuatu, atau si terapis yang menulis sesuatu kepada kliennya (?). Nah, si Bacigalupe (1996) ini menemukan bahwa menulis bersama klien melibatkan sesuatu yang partisipatoris. dan beberapa contoh kasus menunjukkan bahwa menulis bersama merupakan terapi posmodern yang kolaboratif dan refleksif. 

Source terakhir yang saya ambil dari tema kali ini cukup menarik. Saya ambil penelitian yang dilakukan oleh Cooper (2014). Nah, ini penelitian terbaru kalau dibandingkan source yang saya gunakan sebelumnya.. ehheee.... Karena saya ingat sih, kalau sedang mbimbing skripsi atau nulis artikel, penggunaan source di atas 10 tahun dianggap sudah obsolete atau usang. berhubung ini nulis untuk blog, ya suka-suka saya lah 😁😆

balik ke sumber terakhir, si Pak Cooper (2014)

jadi si Pak Cooper (2014) ini menulis tentang hasil praktek dan studi yang dilakukannya lewat metode kualitatif dengan menggunakan kuesioner dan interview. studi yang dilakukan Pak Cooper (2014) ini mengeksplorasi penggunaan terapi menulis dalam occupational therapy (ini istilah psikologis nampaknya, dan saya ndak berani menterjemahkan karena takut ngga tepat ya) terhadap satu pasien perempuan yang sedang sakit mental (? - mohon maaf jika istilah saya kurang tepat) dan mengalami beberapa simptom depresi yang didiagnosis sebagai bagian dari schizophrenia. 

penggunaan menulis sebagai terapi dalam studi ini diterapkan lewat enam sesi intervensi terapi menulis untuk mengeksplorasi dan menumbuhkan self esteem. Hasil dari intervensi terapi menulis ini menunjukkan bahwa menulis memungkinkan terjadinya perubahan kognitif dan menyediakan banyak "wadah" yang bisa digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman hidup yang akan meningkatkan pemahaman mengenai peran diri dan identitas diri.

Mantappp Pak Cooper! 👍👌😁

Jadi, ya, sekali lagi, ndak salah berarti saya bikin tesis bahwa writing is a remedies. dia bisa menjadi mediasi, moderasi, atau alat utama untuk membuat wadah-wadah virtual yang membantu kita memilah-milah banyak peran dalam diri kita yang kadang tidak mampu kita lakukan hanya dengan merenung saja 😁

(Saya nulis gini kok berasa mantaaappp sekali 😂)

Etapi tadi ketika saya nulis judul, perasaan saya jelek banget. tapi setelah menyelesaikan tulisan ini, perasaan saya jadi bahagia 👍💖


Jadi, ayo tetap menulis! it makes you happy!💆


Reference :

McKinney, F. (1976). Free writing as therapy. Psychotherapy: Theory, Research & Practice, 13(2), 183–187. doi:10.1037/h0088335 

Cooper, P. (2014). Using Writing as Therapy: Finding Identity. British Journal of Occupational Therapy, 77(12), 619–622. doi:10.4276/030802214x14176260335345 

Bacigalupe, G. (1996). Writing in therapy: A participatory approach. Journal of Family Therapy18(4), 361-373.

Pic source : https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fi.ytimg.com%2Fvi%2FMDo7ilg9uH0%2Fmaxresdefault.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fwww.youtube.com%2Fwatch%3Fv%3DMDo7ilg9uH0&tbnid=hg7bRpg1t9FzrM&vet=12ahUKEwiuxN-Tk7vuAhWI3XMBHQfwC3cQMygAegQIARAy..i&docid=5BQI57UWXRgF_M&w=1280&h=720&itg=1&q=writing%20as%20remedies&hl=en&ved=2ahUKEwiuxN-Tk7vuAhWI3XMBHQfwC3cQMygAegQIARAy

1 comment:

  1. kalo saya tidak begitu setuju memandang poin: "penggunaan source di atas 10 tahun dianggap sudah obsolete atau usang." lah jikalau teori yg ada di ratusan tahun yg lalu misalnya masih relate dengan variabel penelitian ya gimana? toh sebenarnya teori2 yg lahir di masa sekarang juga kebanyakan berpatokan dari awal lahirnya teori2 tersebut,. pokoknya begitu deh haha

    ReplyDelete