Tuesday 28 December 2021

RESOLUSI?

 So, here we are. mendekati akhir tahun. dan seperti biasa, kita akan berpikir untuk memperbaiki banyak hal yang acakadut pada tahun-tahun sebelumnya.


tahun kemarin adalah tahun yang jumpalitan untuk saya. saya pikir saya merasa kelelahan fisik dan mental yang luar biasa. pandemi berdampak nyata memang. lalu saya putar balik impian. yang sebelumnya pengen apply kuliah di Norway, ganti ke unair saja untuk meminimalisir drama. dan alhamdulillah saya mengambil keputusan yang tepat. walapun beasiswa itu sendiri adalah perjuangan luar biasa, tapi alhamdulillah saya berhasil melaluinya. 

tahun kemarin adalah tahun yang berat. sangat berat. 

lalu, bagaimana dengan tahun depan?

entah. saya sudah tidak kepingin aneh-aneh lagi. 

saya cuma pengen hidup lurus dalam segala hal. sudah ngga kepingin punya mimpi macem-macem lagi. 

cuman pengen hidup dengan lebih banyak sayur dan masakan rumahan. lebih banyak bergerak. 

dan yang paling penting:

lebih banyak mencintai diri saya sendiri. mencintai Fafa seutuhnya, mempercayai semua proses yang dilalui Fafa, dan mengurangi teriakan atau kemarahan karena saya lelah. dan tentu saja, saya ingin mencintai laki-laki saya lebih banyak. lebih lebih banyak. 


dan jika masih diberikan kesempatan, semoga saya bisa publish Q1 tahun ini. amin. 



dan tentu saja, semoga kami bertiga (Atau ber-empat) bisa hidup berbahagia dalam waktu yang sangat lama. 

Sunday 28 November 2021

Peran

Berada pada titik ini, kadang saya lelah. Penat sekali. 

Menjadi ibu, bekerja dari rumah, tugas tugas kuliah, kewajiban rumah, keinginan diri sendiri, semuanya bergelut setiap hari meminta didahulukan dan diselesaikan. Kadang kalau mikir berasa sudah ngga sanggup saja.

Saya tahu ada yang namanya prioritas. Tapi sulit bagi saya memilih satu paling oenting diantara semuanya. Bagi saya semuanya penting. 

Kadang menghadapi bayi 3 tahun ini melelahkan sekali. Drama setiap hari. Kesabaran yang harus terus dan terus dipupuk ga boleh mati. Kalaupun mati ya harus dipaksa hidup lagi. Kadang seolah apa yang saya lakukan tidak pernah cukup, dan selalu salah, dan saya tidak boleh protes tentu saja 😢 harus menyadari bahwa dia adalah bayi dan belum paham apa apa, dan ibunya harus dan harus mengalah.

Apakah lelah?

Sangat. Sangat. 😭😭😭😭

Kadang pengen nangis banget. Nangis seharian saja. Nangis tok. Bukan untuk menyesali nasib atau apalah, tapi ya karena lelah. Lelah sangat 😭

Apalagi kalau sudah kena deadline kerjaan dan tugas kuliah. Jam kerja saya hancur. Tugas kuliah yang seabrek tidak pernah berhenti. Kadang rasanya pengen menghentikan semua saja saking lelahnya 😭😭😭

Saya paham ini fase. Tapi ini adalah fase paling melelahkan fisik saya. Setiap hari rasanya bangun dengan.. ah..

Kadang lelah juga dengan terus berada di rumah. Saya kangen berkegiatan di luar. Saya kangen perawatan 😭😭 Saya kangen memakai pakaian bagus, pakai parfum yang decent, bukan pakaian gombrong ibu ibu yang jelek 😭😭😭

Lha kenapa ngga melakukannya? Saya sudah lelah melakukan semu kegiatan sampai kadang memilih baju saja malas. Sampai bedak saja ngga punya saking mikir halah buat apa 😭

Kadang pengen banget balik seperti dulu. Being here, stuck di rumah, berasa seperti katak dalam tempurung. 

Tapi saya juga ngga mau keluar keluar terus kaya dulu. 

Saya pengen banget semua bisa berjalan sesuai rencana yang ada di kepala saya. Setiap harinya. Tapi ya mana bisa 😭😭😭😭


Wednesday 17 November 2021

Go Back to November

Pagi itu, 5 tahun lalu dia membuat status BBM (yha, BBM 😅😂) katanya pengen nonton Hackshaw Ridge. Saya iseng saja reply statusnya : Eh iya katanya film itu bagus. Lalu saya lupa detailnya, akhirnya kita janjian nonton.

Saya ada kelas sore malam itu. Artinya selesai ngajar pkl 17.30. Saya masih pakai hp LG G2 mini kesayangan yang sudah almarhum, dan waktu itu mulai sekarat. 

Pagi janjian, sore ngga ngehubungin lagi. Jam 15.00 hp saya mati dan saya juga abai. Karena saya pikir juga dia tidak akan datang. Saya pikir polanya akan sama. Muncul lalu hilang tiba-tiba. Jadi saya tidak berharap banyak. Hp mati pun juga saya tidak ambil pusing. Tak akan ada informasi penting juga ini. 

Saya sampai kosan pkl 17.50an. Bebersih sebentar. Membuka bekal mi yang saya masak dengan telur utuh. Porsinya banyak sekali. Saya ingat saya belum sempat makan seharian itu. Saya lapar. Sambil makan, handphone saya isi daya. Dan terbitlah sebuah pesan : Aku sudah di cito. Ada jam 6 nih, tapi ngga nutut ya kayaknya. Yang jam setengah 9 gapapa?

Seingat saya begitulah pesannya. 

Saya gupuh. Langsung buru-buru mandi, habisin makanan, nyari baju yang pantes, nyengklak Ibrit fan berangkat ke Cito.

Sampai sana pkl 19.00 lebih. Dia sudah di Surabaya mulai pkl 16.00. Dia nonton beberapa film untuk menunggu saya. Jam 19.30 dia beres nonton. Dia beli tiket. Memilihkan tempat duduk yang pas, ngobrol sebentar sampai film dimulai. 

Film selesai malam sekali. Dia mengantar saya pulang. Mengajak makan walaupun sebenarnya saya masih kenyang. Kami makan di KFC. Menanyakan apa yang ingin saya makan. Membayar semua, membawakan baki makanan. 

It was one of the best night I had.

Waktu itu entah bagaimana saya tiba-tiba merasa saja kalau he's the one. Dia sebenarnya tidak banyak bicara. Dia juga bukan orang yang punya selera humor yang bagus. Berada di dekatnya membuat saya canggung. Tapi saya tahu kalau dia adalah orangnya. Entah bagaimana.

Saya ingat banget saya pernah posting tentang ini. Postingan yang sudah saya hapus. Saya ingat sekali om warm pun pernah komen : wah selamat ya. Akhirnya. 

Hahahaha

Entahlah, it was good old days.. 🙂

Sampai saat ini saya masih mensyukuri hari itu. Saya mensyukuri dia yang tidak pernah mundur. Saya mensyukuri dia yang tidak banyak bicara tapi benar benar konsisten dengan apa yang dia sampaikan. 

Bahkan kata kata pertama yang dia sampaikan saat pertama bertemu, sampai sekarang masih dia lakukan. Masih dia buktikan.

'kalau mau kemana mana bilang saja, nanti aku antar'

Sampai sekarang dia masih melakukannya. Saya tidak pernah kemanapun sendirian. Dia tidak pernah membiarkan.

Catwomanizer satu waktu pernah bilang, bahwa kesesuaian love language akan menjamin hubungan yang lama. 

Menurut saya tidak. Kami benar-benar berbeda dalam banyak hal. Saya orang yang suka banget ngomongin apapun. Sementara dia tidak. Dia punya act of service sebagai love language nya sementara saya sebenarnya lebih ke afirmasi. Dua hal yang tidak pernah bertemu. 

Tapi apakah itu membuat kami semakin menjauh?

Nyatanya tidak. Nyatanya saya makin hari makin cinta. Hahahaha. Meskipun dalam beberapa hal dia menyebalkan, tapi dalam banyak hal lain, dia yang paling baik. Paling baik banget. 

I thanked my lucky star for that night ~

Kami masih punya banyak hal yang ingin kami raih bersama. Masih pengen nutup hutang KPR, masih pengen nabung buat DP beli mobil pertama kami (hahaha), masih pengen hutang di bank lagi mungkin 5 tahun lagi nanti buat renovasi rumah, bikin kamar yang luas buat kami bekerja, bikin kamar atas dan balkon buat anak kami di atas. Hahaha.. Kami masih ingin sangat saling mencintai dalam cicilan 😅🤭

Anyway, meskipun saya tahu dia tidak pernah ke sini, saya harap, meskipun saya memang menyebalkan luar biasa, dia paham kalau saya sayaaangg sekali sama laki laki ini. Cinta sekali laki laki ini. 🥰

Selamat 5 tahun kencan pertama sayang. I love you 🥰🤭🤗


Sunday 17 October 2021

Semoga tak dimulai lagi

Hai apa kabar?

Lama tak menulis di sini. 

Awalnya saya pikir, saya memang bisa menulis. Nyatanya, saya menulis karena saya sedih, saya tertekan, dan saya sedang mengalami banyak emosi negatif; sehingga saya perlu menyalurkan energi saya.

Lama tak menulis di sini.

Hidup saya sedang baik baik saja. Tak seperti kemarin kemarin.

Baru sadar ternyata kapan lalu saya memang depresi. Bukan karena kondisi eksternal. Tapi dari dalam diri saya sendiri. Semacam PPD yang amat sangat panjang dan tidak berkesudahan.

Eh tapi yang sekarang juga bukan yang baik baik banget begitu sih. Ya hidup sedang baik. Hati saya sedang baik. Kadang masih emosi tapi bisa dikendalikan.

Lalu bagaimana bisa saya 'sembuh'

Ngobrol sama pasangan. Sesuatu yang mudah tapi ya sulit.

Lagi, karena mengakui kekurangan diri, mengakui kalau kita sakit dan kita minta diberi perhatian lebih dan kita minta bantuan, itu tidak mudah.

Tapi ya akhirnya terlampaui. 


Lalu, apa yang kurang sekarang?

Tidak ada.

Saya hanya sedang berada pada pertarungan konstan dengan diri saya sendiri. Seperti biasa.
Seperti tidak bisa mencintai diri sendiri seutuhnya. Seperti terlalu banyak tuntutan untuk diri sendiri. Seperti tak berterima kasih kepada diri sendiri.

Tuh. Mulai lagi, kan.


Wednesday 14 July 2021

mundur ke masa lalu

Semalam saya minum obat lagi supaya bisa tidur nyenyak. Saya nangis parah semalam. Saya bahkan hampir chat psikiater di halodoc tapi bodohnya malah saya batalkan.

Saya tahu saya tidak baik baik saja. Saya ambil tes online untuk diagnosa dini depresi dan hasilnya ya memang demikian. 

Rasanya menyedihkan mengetahui diri kita sendiri sakit itu. Rasanya menyedihkan sekali. 

Apalagi ketika tahu bahwa tidak ada yang salah dengan lingkungan sekeliling kita. Semua baik dan normal. Yang tidak normal adalah diri saya. Dan itu malah bikin sedih sebenarnya.

Dulu saya pun pernah seperti ini. Tapi mungkin karena saya belum berkeluarga jadi ya saya bisa melampiaskan semuanya sendirian.

Dulu saya nonton HIMYM dan itu menyembuhkan saya. Saya olahraga tiap pagi. Sepedaan pancal keliling Kertajaya bahkan saat hujan seperti orang gila. Yang akhirnya harus saya hentikan karena saya dibuntuti laki laki 'gila' juga. Horor banget dunia untuk perempuan. Kami tidak menggangu siapapun, tapi lihat balasan dunia. Saya masak. Saya bertarung tiap hari.



Ya 


Saya sudah pernah melaluinya. Semoga kali ini saya pun bisa melaluinya pula.

.

Sekarang mungkin saya hanya perlu meyakinkan diri saya sendiri kalau :

Apa yang saya alami bukan salah saya. Saya sakit. Dan itu wajar. Dan itu tidak apa apa. Dan bahkan saat sakit pun saya masih bisa waras. Saya masih bisa mengurus anak. Saya tidak melakukan kekerasan walaupun dorongan dalam diri saya begitu besar untuk melakukan itu cukup besar.

Saya tahu saya sakit. Dan saya tahu saya sudah cukup berjuang untuk melawannya. 

Jika satu hari saya tidak kuat melawan sakit saya, mungkin saya hanya sedang lelah. 

Tidak apa. Kita bisa mulai lagi dari awal. 

Tidak apa.






depresi

Saya tidak tahu apakah depresi saat wfh itu nyata atau tidak. 

Tapi jujur, setahun lebih wfh rasanya saya gila. 

Kepala saya penuh. Semuanya berantakan. Semuanya salah.

Saya tidak suka bertemu manusia. Tapi satu tahun lebih benar benar terputus ternyata membuat saya betulan gila.

Saya pikir saya lelah. Lelah sekali. Lelah sangat. 

Saya benci diri saya sendiri.


Saya dulu bisa bangun jam 3 pagi. Bersemangat mengerjakan apapun. Bisa masak, bisa atur apapun. Dan sekarang rasanya saya useless. Ngga berguna. 

Kaya bahkan kerjaan kecil saja tidak sanggup saya kerjakan.

Saya sudah gila sungguh. 



Tuesday 13 July 2021

tentang pattern

Saya selalu berpikir hidup adalah tentang pola pola tertentu yang harus dibentuk atau dibiasakan. Saya hidup dengan cara ini. Selama ini.

Saya berpikir bahwa jika ada hal yang baru maka saya harus berupaya menyesuaikan dengan pola polanya, merombak pola yang lama, atau membuat pola baru. Yang mana itu susah.

Saya adalah manusia statis. Saya hidup berdasar standar yang ada di kepala saya. Termasuk standar kejadian kejadian yang mungkin terjadi dalam hidup.

Saya pikir semakin tua semakin kita bisa memprediksi pola.


Nyatanya saya salah sepertinya. Pola yang muncul semakin tidak beraturan dan acak. Kepala saya tidak mampu menampungnya sebenarnya. Saya lelah belajar menyesuaikan dan salah. 

Lelah sekali. Kepala saya sakit setiap hari.


Anyway saya meng uninstall aplikasi Twitter dan Instagram. Saya lelah dengan berita berita yang berseliweran. Saya muak melihat penguasa wakanda yang seperti sampah. Saya benci wabah ini. Benci sekali. Saya juga benci dengan negara wakanda dan kebijakannya yang benar benar sampah.

Saya tahu saya mengulang kata sampah berulang-ulang.



Semoga kepala saya bisa lebih tenang. Semoga hati saya bisa lebih tenang.  


tentang menerima

Ada banyak hal yang mengecewakan, saya tahu. Banyak hal tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan dan saya harapkan. Walaupun saya tahu saya sudah mempersiapkan yang terbaik untuk semuanya.


Ternyata formula di masa lalu memang ampuh : Ya sudahlah. Lupakan saja.

Thursday 1 July 2021

Setelah Usai

 jadi, tiba-tiba persyaratan beasiswa usai begitu saja. hahaha..

beasiswa ini benar-benar mengajarkan saya tentang sabar dan ga perlu terlalu ngoyo. sudahlah, saya siapin semua h-150 berharap saya bisa menyelesaikan di awal, tapi nyatanya ya nggak.

mulai urusan toefl yang sempat penuh drama. perkara LOA yang ternyata ngga langsung dikasi kaya kampus2 lain. perkara approval beasiswa kampus, yang surprisingly adalah proses paling lama yang harus saya tempuh. saya pikir padahal ini bakalan bentar, tapi nyatanya ya butuh berbulan-bulan. hahaha..

sudah?

belum dong. perkara rekomendasi akademisi. saya sempat wa profesor kesayangan saya untuk meminta rekomendasi, saat awal-awal mendaftar, dan beliau sudah setuju. namun, say atidak bisa maju karena ya saya belum dapat approval kampus. ibu profesor ini juga orang njabat di kampus, tahu status saya, jadi saya tahu diri lah, wong kampus belum nyetujui kok minta2 rekoemndasi. iya kalo disetujui, kalo nggak?

akhirnya, setelah approval turun, ya namanya nasib ya, profesor yang saya gadang buat kasi rekomendasi, beliau terkonfirmasi positif covid. saya udah kaya yang hehehehe ini nasib lucu amat yak. namun alhamdulillah ibu professor ternyata speed recovery, alhamdulillah sekali. karena di satu saya juga sayang sama ibu profesor ini karena beliau buaik luar biasa ndak pernah jelek2in orang sama sekali. di sisi lain, alhamdulillah saya bisa dapet rekomendasi.

drama selanjutnya adalah rekomendasi lldikti. karena hehehehe.. nyatanya butuh waktu 7 hari untuk bisa dapat rekomendasinya. saya kirim email tanggal 23 juni dan dapat suratnya tanggal 30 juni, tanggal penutupan pendaftaran beasiswa. bukan salah lldikti-nya. salah saya yang terlalu mepet ngirimnya. 

dan akhirnya drama korea beasiswa usai sudah. hahahahaha

beneran, saya cuman bisa tertawa melihat proses yang kaya guyon ini. tapi ya sudahlah alhamdulillah, sudah selesai ini. semoga hasilnya nanti juga bisa bawa senyum lebar bahagia untuk saya. tapi apapun itu saya sudah siap kok. termasuk siap kirim wa ke ibu profesor ngabarin kalau-kalau misalnya saya ngga lolos beasiswa dan berencana melanjutkan hidup yang biasa biasa saja. hahaha

tapi ya semoga lolos sik. saya sudah tua ini. kalau ngga sekolah sekarang, mau kapan lagi.

.

lalu setelah perjuangan beasiswa usai, sebenarnya saya pengen kasih kado ke diri saya sendiri.

kado sederhana yang sulit banget.

TIDUR LAMA DAN NYENYAK TANPA MIMPI.

berminggu-minggu saya beneran tidak bisa tidur nyenyak. saya sakit beberapa minggu lalu. lumayan lama dan sangat mengganggu. 

benernya pengen beli obat tidur, tapi kok ya kaya orang depresi parah seperti masa lalu saja ~

.

lalu saat ini sebenarnya saya sedang meracau. saya ada kerjaan yang harus saya lakukan tapi saya males mengerjakannya. pengen sambat di twitter tapi kok sudah kebanyakan sambat. dari tadi cuman tiduran mainan twitter, instagram, ganti twitter sampe elek. tapi ya tep ngga ada keinginan untuk mengerjakan tugas. saya cuman males aja dan tdk termotivasi.


.


saya sudah bikin kopi. semoga setelah ini semangat lagi. 


Monday 7 June 2021

Kita sedang balas dendam, namun salah sasaran

 beberapa waktu lalu, di tengah ruwetnya kepala, saya membuat coretan di kertas. saya tuangkan banyak hal di sana. kenapaa saya begini, apa yang saya rasakan, apa yang saya inginkan, dan lainnya. setelahnya saya merasa sedikit membaik namun tidak sepenuhnya. 

pagi tadi, saya bangun dengan perasaan dongkol luar biasa sebenarnya. hati saya masih tidak rela. saya tahu beasiswa adalah pelampiasan. jika saya lolos, at least itu akan sedikit menghibur hati dan hidup saya yang seolah hancur di mana-mana (padahal ndak sih. haha). tapi kepastian approval yang tidak kunjung datang benar-benar membuat mood saya jelek belakangan ini. 

sambil memasak, mendengar spotify, saya merenung sedikit. apakah benar kekacauan yang saya buat, perilaku saya yang sebenarnya tidak bisa dimaafkan (oleh saya sendiri) adalah murni kesalahan saya? 

nyatanya setelah saya merunutnya, toh ternyata tidak. semua ini hanya akumulasi. ada kejadian-kejadian di masa lalu yang mungkin membuat kita jengkel, jengah, jembek, atau apapun itu. namun kita tak punya kekuasaan atau kewenangan di dalamnya. akhirnya cuman bisa mbatin. 

mbatin berkepanjangan ini akhirnya mengejawantah ke pikiran. saya ndak mau diperlakukan seperti ini. saya maunya seperti ini, ini dan ini. saya ndak terima diperlakukan seperti ini, ini dan ini. 

lama kelamaan dia mengendap. menjadi dendam yang tak kentara. lalu kemudian diri kita membangun pertahanan diri. membangun perlengkapan perang siapa tahu musuh datang menyerang kapan saja.

sayang, upaya itu kadang tak dibarengi ilmu. alih-alih menyerang musuh, malah menyerang diri sendiri. malah menyalahkan diri sendiri.


intinya,


jika saat ini anda sedang benci pada diri anda (seperti saya sekarang), jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. itu hanya akumulasi. itu hanya balas dendam yang salah sasaran. kasihani diri anda. jangan terlalu menyalahkan diri sendiri.

Thursday 27 May 2021

Tentang menyerah dan sudahlah -

kemarin saya ngamuk-ngamuk di twitter. pasalnya permohonan beasiswa saya yang sudah sebulan lalu itu tak kunjung di approve yayasan. entah apa alasannya.

alasan saya ngamuk :

1. usia. perempuan selalu punya angka yang jadi pertimbangan utama. tahun ini  saya 35 tahun sudah. artinya, kalau saya lancar sekolahnya bisa lulus di usia 39 saat anak saya baru awal masuk SD. saya pikir saya bisa melakukan banyak hal untuk persiapan sekolah anak saya. saya masih punya 1 mimpi (obsesi tepatnya) anak saya harus sekolah tinggi dan mendapatkan pendidikan terbaik. pun, hitungannya, jika saya harus mengabdi di suatu tempat di Surabaya, hitungannya pengabdian akan berakhir saat usia 47 tahun. setelah itu saya pengen hidup damai di kota asal saya saja. jadi dosen di sana. saya pikir gelar yang lebih panjang akan memberi kesempatan yang lebih luas, termasuk dealing gaji untuk univ di kota ini.

2. saya sudah siap. toefl siap. proposal siap, walaupun harus diperbaiki sana sini.

3. saya sedang mood. alasan utamanya ini sih.


tapi kemudian hari ini, ketika saya ngampus, ketemu bph yayasan, mereka bilang bahwa surat saya masih diproses dan kemungkinan jawabannya minggu depan. tadi sempat ditegaskan juga bahwa nantinya jika approval muncul, artinya saya diberi ijin atau tugas belajar istilahnya yang artinya saya dapat privilege ndak masuk kerja sesuai ketentuan karena sedang kuliah.


sampai sini saya mak dheg!


oke. kayaknya negatif ini mah. yayasan sepertinya tidak akan membiarkan pegawainya ijin belajar lagi karena yang kemarin2 juga banyak yang belum lulus.


nasib saya saja sepertinya yang kurang mujur :)


tapi entahlah, saya rasanya seperti ya sudahlah ya. kalaupun dipending tahun ini, semoga tahun depan saya punya semangat yang sama untuk mengejar beasiswa :) semoga tahun depan saya punya lebih banyak publikasi yang mendukung proposal desertasi saya :) semoga tahun depan kondisi finansial dan psikologis lebih tenang dan terarah..


ya sudahlah. hari ini saya ikhlas sudah.


saya mau melanjutkan hidup saya lagi -  

Sunday 16 May 2021

perjalanan abu-abu

hari-hari saya sebenarnya sedang dipenuhi kegelisahan mengenai statuts beasiswa. entah saya bisa lanjut atau tidak. 

maksud saya adalah, jika saya sudah mendapatkan kejelasan dari kampus, saya bisa move ke hal lain yang harus saya lakukan -walaupun sekarang juga harusnya bisa sih


entahlah, perasaan saya tidak menentu soal ini. 


kampus memang sedang ada perubahan besar. saya paham itu. saya paham saya mengajukan beasiswa ini bukan dalam waktu yang tepat. 


dan jujur, saya sebenarnya cenderung sudah negatif saja sih. ya walaupun eman. 



- atau mungkin saya nyerah saja. anggap saja tidak ada. mungkin itu lebih baik.

Tuesday 27 April 2021

Tentang jalan panjang menuju nama yang lebih panjang

 tidak pernah ada beasiswa yang mudah. saya paham itu. termausk beasiswa S2 saya dulu juga dapatnya susah. mempertahankannya susah. pas sudah kuliah juga susah.

beasiswa s3 yang sedang saya perjuangkan sekarang pun demikian. bukan sesuatu yang sat set jadi, tapi sejauh ini masih bisa diupayakan. entah bagaimana hasilnya nanti.

jadi, saya mulai semuanya dengan bergabung dalam grup telegram LPDP DN. jujur di sana banyak orang baik. mereka benar-benar sabar menjawab pertanyaan sama berulang-ulang dan kadang pertanyaan konyol yang tidak perlu diutarakan. 

dari pelajaran gagal mendapat beasiswa BPPDN 2 tahun lalu, saya belajar banyak. persiapan adalah segalanya. kalau BPPDN dulu gagalnya adalah di surat rekomendasi. yang tidak ditandatangani karena kelalaian salah satu staf meminta tanda tangan :') 

tapi bukan. itu kelalaian saya. salah saya kenapa saya ga kroscek tiap hari menanyakan status berkas saya.

sebentar, sebelum cerita tentang LPDP saya mau cerita dulu kenapa saya akhirnya mendaftar di sini. 

jadi sebenarnya saya berminat untuk mencari beasiswa di luar negeri sebenarnya. di Norway tepatnya. saya pengen sekali sekolah di sana. browsing sekolah, browsing calon profesor, sampai kemungkinan disertasi apa yang sekiranya menarik pun sudah saya buat. 

tapi kemudian, orang tua saya melarang. dengan alasan jarak yang terlalu jauh, kemungkinan-kemungkinan negatif yang mungkin muncul, ya akhirnya say amanut sajalah daripada kebanyakan drama.

pilihan saya kemudian jatuh ke LPDP yang kemudian membawa saya ke grup telegram itu.

lalu setelah saya mempelajari pattern-nya bisa diambil kesimpulan bahwa yang paling penting adalah TOEFL dan LoA. jadi itu yang saya upayakan pertama.

TOEFL nekat saja ambil tes online yang diadakan salah satu kampus negeri di Surabaya. sempat banyak drama tapi ya sudahlah. alhamdulillah yang penting nilai sudah memenuhi ambang batas. Insya Allah dipakai ke luar negeri pun sebenarnya bisa juga. 

TOEFL done.

perjalanan selanjutnya adalah menemukan kampus yang mau menerima saya. kalau skema LPDP memang kita harus pinter-pinter lihat kemungkinan tanggal dan jadwal. susah lo cari perguruan yang cocok dengan tenggat waktu yang diusulkan pemberi beasiswa :')

saya yang memang sudah mengincar kampus di Surabaya, sudah riset dan catet tanggal-tanggal penting pelaksanaan. dan kebetulan ada jalur portofolio pun yang artinya saya bisa bebas tes asal saya punya artikel yang yerindeks internasional atau nasional. alhamdulillah ada dan kemudian dinyatakan lulus.

tapi apakah perjuangan selesai? tidak ferguso :')

saya harus registrasi, mendapat LoA yang merupakan syarat mutlak LPDP.

dan ternyata proses buat dapat LoA lumayan juga sih :')

tepat saat tanggal saya harus registrasi anak saya sakit. udah ndak ngurus apapunlah soal sekolah lagi. lalu ketika anak saya berangsur membaik, saya tahu tanggal registrasi sudah lewat. :')

saya mencoba menghubungi kampus dari berbagai sumber. tapi tak ada satupun jawaban. akhirnya hari ini saya memutuskan ke kampus. mencari kejelasan. namun ternyata saya diarahkan untuk mengirimkan email saja untuk LoA ini.

per siang ini email sudah saya kirim. WA juga sudah saya kirim. tapi masih belum ada reply.

semoga segera ada kabar baik :')


btw nanti saya mau update lagi perjalanan saya tentang ini :) mungkin say abisa cerita, kenapa sih perempuan harus susah-susah s3? bahasan basi feminis sebenarnya :D

Thursday 15 April 2021

KOPER PSIKIS

Saya tiba pada fase dimana saya merasa perlu untuk mencari pertolongan profesional :(

jujur, saya merasa ada yang kurang pada diri saya. ada sesuatu yang selalu dan selalu tidak cukup. ada banyak hal yang menurut saya kendalinya ada pada diri saya dan saya harus bisa menyelesaikannya dengan sempurna. 

hampir tiap hari saya ingin menangis. dan kadang tiba-tiba saja. seperti merasa lelah yang teramat sangat padahal semua baik-baik saja. tidak ada satupun yang kurang. tapi saya selalu merasa tidak cukup. saya selalu merasa tidak cukup.

.

tadi di kereta saya membaca artikel mengenai self blame. saya lupa detailnya bagaimana tapi ada salah satu kalimat yang menunjukkan bahwa orang-orang yang cenderung self blaming adalah orang dengan koper psikis yang cukup berat. dan saya pikir punya saya juga begitu. 

.

fafa masih sakit. dia tidak mau berjalan. dokter bilang itu karena infeksi virusnya masih ada. sementara kami semua melihat dia sudah sangat ceria sekali sehingga bahkan saya pun menyangkal jika dia sedang sakit. jauh di dalam diri saya, saya pengen memaksanya agar mau berjalan kembali. dia pun punya satu kebiasaan buruk yang menurut saya membahayakan. walaupun bukan pada level yang berbahaya sekali ya. dan saya merasa sayalah sebabnya. saya tidak bisa menjadi ibu yang baik. saya adalah sumber utama itu semua. :')

.

situasi masih seperti ini. saya sungguh ingin mencari bantuan profesional. atau mungkin ada buku yang bisa saya baca?


Wednesday 14 April 2021

INSECURE

 Hai hai. apa kabar? 

lama sekali pengen nulis di sini tapi belum sempat juga. anak saya barusan sakit dan itu benar-menguras emosi dan tenaga. rasanya sudah habis diri kita kalau anak sakit mah :( dia masih belum pulih benar hingga hari ini, semoga segera membaik. 

lalu ada apa dengan insekuritas?

jadi beberapa waktu lalu kan saya sempat beberapa kali menulis tentang ppd dan betapa saya sangat insecure sekali terhadap diri saya. ya hampir 3 tahun sih. 

tapi kemudian sekelebat lewat di ig feed, seorang teman yang saya kagumi ketika kuliah, ternyata dia bilang dia insecure juga. dia bilang dirinya adalah ugly duck, dan saya seperti : he? perempuan secantik itu bilang ugly duck?? lah saya apa?

perempuan teman saya ini adalah bayangan perempuan ideal dalam mata saya. cantik, pinter, pinter banget malah, feminis asli (bukan feminis asal njeplak kaya saya dan orang2 di twitter. dia paham sejarah feminis dan macem2nya), pinter masak, pinter moto, body goals banget. 

dan dia insecure :')

lalu sempat juga melihat salah satu model. dia bilang dia sempat hiatus setahun karena insecure juga dengan bentuk tubuhnya. padahal dia model lho! dia bilang dia selalu merasa kurang kurus dan selalu takut ditinggalkan oleh industri model. hidupnya hanya berkutat tentang angka dan angka timbangan. padahal dia punya tubuh yang sempurnya :')

dia insecure :')

sampai sini saya sampai pada satu kesimpulan. sebenarnya semua perempuan punya insekuritasnya sendiri. hanya saja ada yang levelnya tinggi ada yang rendah. ada yang ditunjukkan ada yang tidak. mau sesempurna apapun hidupnya, pasti ada hal yang membuat dia insecure.

lalu

manusia kadang begitu. sedihnya sedikit hilang ketika tahu ada orang lain yang merasa hal yang sama. 

at least merasa bahwa kita tidak insecure sendirian itu sedikit melegakan.

lalu kemudian kabar itu datang. saya akhirnya dinyatakan diterima S3 walaupun ini baru awal banget sih :) saya masih harus menunggu pengumuman LPDP atau beasiswa pendidik lainnya :) semoga segera ada. dan semoga di Unair bisa defer ya. dan semoga saya lolos seleksi beasiswa itu :) tapi sepertinya jika saya tidak lolos, kalau pas syaraf kenekatan saya muncul, saya mungkin akan nekat begadang semalam dan bikin proposal disertasi kemudian apply ke luar tanpa mengindahkan resikonya :') semoga ini tidak terjadi. 

anyway, soal rencana studi akan saya tulis lengkap nanti jika pengumuman beasiswanya sudah keluar. semoga segera.

lalu, kabar bahwa saya diterima tsb sedikit banyak membuat awan hitam di kepala saya hilang. saya merasa, paling tidak ada sedikit hal yang bisa saya banggakan sendiri atas diri saya. selama ini saya selalu merasa buruk. merasa menjadi ibuyang buruk, istri yang buruk, perempuan yang buruk. dan kabar diterima tadi sedikit banyak menghibur saya. 

ah, saya ndak jelek-jelek amat ternyata :')

kembali ke bahasan awal tentang insekuritas.

mungkin ya..

mungkin kunci insekuritas adalah dengan menemukan satu hal yang paling tidak bisa kita banggakan dari diri kita. paling tidak hal itu bisa menutupi ketidakmampuan kita. dan mungkin kunci utamanya adalah ya dengan menyadari kalau kita manusia. kalau sempurna ya jadi malaikat saja. menyadari kalau memang mungkin kita ngga sebaik orang lain yang mampu mengatur waktunya dengan baik, ndak sebaik orang lain yang mampu menjadi ibu yang sabar yang selalu bisa membuat makanan yang menyenangkan untuk anak-anaknya. menyadari kalau ya manusia juga akan kehilangan kilau masa mudanya. menyadari kalau ya masing-masing punya prioritas yang berbeda yang tentunya nanti akan berdampak pada hasil hidup yang berbeda pula. 

ya walaupun kalimat-kalimat pada paragraf sebelumnya adalah hal yang berat tentu saja. itu bukan seuatu yang datang seminggu dua minggu. tapi menyadari kelemahan, menerimanya, adalah pekerjaan seumur hidup yang harus dilakukan.


Sunday 28 March 2021

Flash back

saya barusan menjalani wawancara untuk S3. masih ndredeg. nanti saya akan bercerita tentang alur upaya saya untuk sekolah lagi.

nah, kebetulan, tadi pas wawancara, ibu pewawancara-nya sedikit bertanya mengenai aktivitas dan kegiatan masa lalu. pas juga beberapa waktu lalu kepikiran, saya 10 tahun lalu ngapain saja ya. jadi, mari kita sedikit flashback, siapa tahu ternyata kita sudah melalui banyak hal, hanya saja kita kurang berterima kasih ke diri kita 💓

2011 : kerja di merpat*. pengalaman kerja ke-dua. masuk sebagai pegawai outsouce. gaji kecil banget. selain karena perusahaan ga punya kewajiban kepada karyawan (kewajiban dialihkan ke si perusahaan outsource-nya), juga karena nilai kontrak perusahaan induk dan perusahaan outsource yang dikasih ke karyawan adalah jumlah yang telah dipotong tentunya. 

waktu itu kalau dipikir, gaji mah ga bakal bisa buat hidup, apalagi saya ngekos. tapi nyatanya ya cukup2 saja. makan siang sering dibeliin pegawai merpat* yang memang baik-baik semua. belum lagi kalau ada customer, entertain customer, kadang bancaan. intinya alhamdulillah saya ngga pernah kekurangan, walaupun kalau dipikir secara matematika ya ngga nutut 😊 

waktu kerja di sini juga saya akhirnya memberanikan diri daftar S2 lewat jalur beasiswa. dapat rekomendasi dari bapak atasan yang nampaknya ngaruh banget. dan alhamdulillah diterima. tapi akhirnya harus resign juga karena pernah dijanjikan akan ada tes pegawai tetap namun tidak pernah ada. bahkan setelah 1 tahun bekerja, gaji yang sudah sedikit itu pun dipotong. apalagi ditambah saya kuliah lagi yang artinya butuh tambahan dana kan😥 kadang kalau ingat masa-masa itu nelongso banget. hahaha  

2012 : kerja di merat*s. salah satu shipping line terbesar di Indonesia. nah, gara2 baca trit tentang kasus evergreen di terusan Suez kemarin yang bikin saya pengen flashback. ehhe..

kerja di sini enak. bicara gaji sih itungannya so so ya. ya karena posisi saya juga cuman staff biasa. tapi bicara tunjangan, jujur ini kantor yang paling "kantor" menurut saya. hahaha. 

cuanggih banget menurut saya. 9 tahun lalu, ruangan2 di merat*s semua sudah pakai lampu otomatis yang bisa mendeteksi gerakan. kalau ngga ada orang akan otomatis padam, dan nyala ketika ada orang. zaman ketika video conference baru sebatas skype yang ngga semua pakai itu, di sana rapat-rapat dengan cabang lain sudah pake v-con yang mana menurut saya waktu itu keren banget. jadi bisa hemat budget bepergian. masuk ruangan juga pakai ID akses yang tidak semua memilikinya. beneran mirip kantor-kantor di drama korea pokoknya. terus yang kerja di sana juga semuanya cantik-cantik, rapi-rapi. pakai baju yang bener-bener office look, high heel, yang laki juga rapi-rapi semua. keren banget pokoknya. juarang sekali ditemui karyawan dengan look seadanya. semua macak. dan saya menyukainya 😁   

lalu soal tunjangan, wihhh bangettt. terutama tunjangan kesehatan yang ngga nanggung-nanggung. dikasi asuransi paling oke. soal itu menyenangkan pokoknya.

tapi akhirnya resign karena drama kantor yang hadeh banget. kadang kalau keinget itu, suka heran sama diri saya sendiri. kok bisa saya tahan di sana sampai hampir 4 tahun. kategori hubungan yang cukup lama menurut saya. 

tapi ya, terlepas dari drama kantor, ketidakdewasaan saya saat bekerja di sana, ketidakprofesionalan saya, intrik politik kantor yang luar biasa, ya dengan bekerja di sana toh akhirnya saya bisa lulus S2. saya bisa punya uang saku saat kampus mengadakan acara ke luar negeri, bisa beli tiket PP, bisa njajan dan ndak terkatung2 di LN ya gara-gara saya bekerja di sana. bisa lulus walaupun dengan perjuangan luar biasa, ya gara-gara saya kerja di sana. kalau kerja di tempat lain belum tentu juga kan saya bisa melakukan dan melaluinya 😊

2013 : masih kerja di merat*s. masih kuliah. kenal laki-laki yang kerja di sana juga. lulusan U*M, kendaraan bagus, wajah lumayan. bahkan rekan kerja bilang : kalau kamu sama dia, yakin orang tuamu bakalan setuju banget. tapi belakangan saya paham, justru orang itu adalah orang toxic dan manipulatif pertama yang saya temui. saya sempat stress dan merasa ndak worth banget ya karena si orang ini benar-benar manipulatif. untunglah bisa lepas dari jeratannya. dulu bisa jalan sama dia sih, ya karena omongan orang sih. background-nya itu yang membuat semua orang percaya bahwa lulusan kampus baik ya pasti baik. 

at least saya belajar, nomor satu attitude, dan itu yang ingin saya ajarkan ke anak saya nanti. saya juga pengen kasih tahu anak saya bagaimana manipulative person bekerja. duh, kalau inget orang ini, berasa pengen getok saja kepalanya 😠 

ah ya, di tahun ini saya akhirnya lulus S2. yeayy 💪💞

2014 : masih di mera**s dengan intrik dan tekanan yang semakin menggila. kemudian di tahun ini, inget banget seseorang yang mengenalkan saya pada dunia blog datang. I fell to him since the first time I saw him. it was 2009. 5 tahun kemudian datang. seolah memberi harapan ya. saya yang memang dari awal suka sama dia, ya kepincut lah ya. tapi dengan alasan kita beda organisasi keagamaan, kita pisah 😂😂😂😂😅😅😅😆😆😆😆

ah ya, pernahkah anda mendengar pisah hanya karena beda ormas keagamaan? 😅 well, saya contoh nyatanya. kita sempat dekat hanya sekitar 4 atau 5 bulan. tanpa aba-aba, dia bilang dia dijodohkan orang tuanya, kemudian lamaran dan menikah beberapa saat setelah saya ulang tahun. hadiah yang indah. 

jujur itu adalah tahun terburuk saya. saya benar-benar jatuh. damage-nya luar biasa sih 😅 butuh 2 tahun lebih untuk memperbaikinya. 

saya tidak tahu jika dia masih datang ke sini atau tidak. tapi terakhir saya stalk sosmed-nya, saya merasa dia tidak hidup di jalan yang semestinya. sepertinya dia sedang menghukum diri sendiri, entah atas apa. ya well, kalau kamu sedang membaca ini sekarang, ayo berubah! kamu menyedihkan dengan terus menunjukkan keburukan yang seperti itu! kamu bisa lebih baik dari ini! 

ndak malu ta sama saya? i can even stood higher now! 

2015 : mulai double job. ngajar part time dan masih di kerjaan lama. tahun ini masih sama seperti tahun sebelumnya. I was hopeless. untuk tidur pun saya harus dibantu antimo tiap malanya. tiap hari jalan-jalan ke Delta atau Royal biar saya ndak gila di kosan melamun sendirian. 

di tahun ini saya dekat lagi dengan orang kantor. it was all good and fine. sampai akhirnya saya tahu ternyata dia sudah menikah dan sudah punya anak. saya ndak mau disalahkan tentu saja, wong HRD kantor saja ngga tau statusnya, apalagi saya. 

he finally divorced. dan syukurlah (?) saya bukan penyebab utamanya. saya cuman kerikil kecil dalam hidupnya yang kebetulan dipungut gitu aja. ya paling tidak ketika saya mengetahui bahwa kedekatan itu bukan penyebab utama pisahnya dia dengan istrinya, itu mengurangi sedikit rasa bersalah saya. meskipun sampai sekarang saya masih merasa berdosa sekali. ini adalah satu-satunya masa dimana saya ingin kembali ke masa lalu dan berharap tidak ada tahun ini.

berpisah dengan ex di tahun 2014 masih jauh lebih baik daripada peristiwa di tahun ini.

2016 : resmi resign dari shipping line. resmi ngajar sebagai dosen tetap. resmi berpisah dengan si teman kantor. 

inget banget, susah sekali waktu itu adaptasi di kampus. secara saya kan pegawai baru ya di sana. ndak ada orang yang tahu riwayat seberapa jatuh bangunnya saya 2 tahun terakhir. bahkan ada 1 dosen laki-laki yang bilang saya gila, hanya karena saya ngga bisa ikut-ikutan dengan gang mereka. karena waktu itu saya masih sibuk nangis tiap pagi malam, minum antimo, mendengar lagu-lagu kencang. saya tidak bisa menerima orang lain. 

dan proses adaptasi was suck!

tahun yang sama bulan oktober saya ketemu suami untuk ke-dua kalinya. ketemu pertama saat Maret 2016. saat pertemuan pertama itupun kami bahkan tidak saling berjabat tangan, seolah ya, "ahelah, siapa sih kamu. kamu ngga bakal ada dalam list saya". -___-"  

ketemu kedua saat kelas inspirasi akan dilakukan bulan November. rapat sebelum kelas dimulai adalah di bulan Oktober. 

and he was the game changer

dia adalah orang yang membuat saya percaya bahwa orang yang selaras antara kata dan perbuatannya itu ada. dia orang yang membuat saya percaya bahwa orang baik itu ada. dia orang yang mengembalikan self worth saya. memperlakukan saya dengan sebaik-baiknya. memanggil saya dengan panggilan sebaik-baiknya. 

he was my life savior

2017 : menikah dan langsung hamil. proses kehamilan bukan proses yang mudah untuk saya. tapi ternyata ini baru awal

2018 : punya anak. saya mendiagnosa diri saya sendiri ppd. sering nangis sendiri. merasa ngga berguna. merasa jadi jelek. merasa berbeda dengan saya yang lalu. I hate my self.

2019 : masih berjuang dengan hal yang sama di tahun sebelumnya. PPD is real. karena itu, jangan pernah remehin ibu-ibu yang baru melahirkan ya :')

beberapa beruntung tidak mengalaminya. beberapa harus berjuang bertahun-tahun untuk bisa kembali :')

2020 : masih berjuang untuk hal yang sama :')

2021 : nekat memutuskan untuk sekolah lagi. entah bagaimana cara dan ceritanya nanti. 

masih berjuang dengan ppd :') salah satunya dengan menulis ini. untuk mengetahui saya sudah melalui banyak hal. dan itu bukan hal yang mudah. saya sedang melaluinya. mungkin yang paling penting bukanlah titik akhir apakah ppd ini akan hilang dan saya bisa mendapatkan self worth dari diri saya lagi atau tidak. 

tapi dengan menulis apa yang terjadi 10 tahun terakhir, bisa jadi akhirnya saya paham bahwa saya ndak seperti orang lain, tapi diri saya sudah melakukan banyak hal untuk diri saya sendiri. dan itu selalu yang terbaik. dan saya adalah yang terbaik untuk diri saya sendiri. apapun itu :)


I love me :)    


btw ini tadi posting tentang flashback kan? 😂😂😂😂😂

  

Tuesday 23 March 2021

MENCINTAI DIRI SENDIRI

ada yang susah mencintai dirinya sendiri?

ada yang gampang banget nemuin kekurangan diri dan terus nyalahin diri sendiri?

yap. saya adalah orang itu.

entah kenapa saya hobi sekali menyalahkan diri sendiri. 


apalagi sejak melahirkan. duh. semuanya ngga ada yang benar.

badan saya yang terlalu gemuk beberapa waktu lalu adalah badan saya yang kurus saat ini. muka saya yang ngga ada bedanya beberapa waktu lalu adalah muka impian saya saat ini. kemampuan saya menghadapi banyak hal (yang sempat saya nilai sebagai ketidakmampuan juga) di waktu lalu, adalah keunggulan yang saya impikan saat ini. 

jika dipikir, semua tentang saya adalah salah. di masa lalu, masa sekarang, dan mungkin masa depan juga.


berkali-kali saya mencari artikel di pinterest tentang mencintai diri sendiri, tapi toh saya ndak nemu yang bisa nyes di hati dan pikiran.

berkali-kali saya mengingatkan diri sendiri bahwa cinta itu datangnya inside lalu outside. tapi teori akan selalu seperti itu kan? mudah diucap, susah dilakukan.


pada akhirnya ya akan selalu sama. berakhir dengan self talk : sudahlah, you did good. you did well. jangan ngebandingin diri dengan orang lain, nanti cape.


ya bakal ingat sih satu dua hari. tapi setelah itu ya ga suka lagi dengan diri sendiri. 


anyway, punya rekomendasi buku bagus yang bisa saya baca?

Thursday 25 February 2021

kangen kampus

saya sedang kangen kampus. 

kangen mahasiswa yang kadang menyebalkan. 

kangen kasak-kasuk antar bilik yang memisahkan kami. kangen rasan-rasan. 

kangen naik gojek dari wonokromo ke nginden yang macet naudzubillah. 

kangen naik bangunkarta sore-sore dan negrasa jadi sultan. 

kangen kerja nagdep laptop, pasang headset, menteleng layar seolah jadi manusia paling sibuk sedunia padahal aslinya twitteran. 

kangen pake blazer. 

kangen pake heels. 

kangen ambience kampus. 

kangen jalan pake bunyi cetak cetok dari sepatu. 

kangen make-up-an di kampus. 

kangen rumpiin skin care terbaru. 

.

btw saya kemarin sempat cerita di twitter tentang on the way to airport. yang ternyata main lead si perempuan akhirnya resign dari kerjaannya sebagai pramugari.

saya sempat kepikiran melakukan hal yang sama ketika nanti dihadapkan pada situasi yang sama.

tapi mengingat perasaan saya hari ini, dan bagaimana bekerja bagi sebagian orang ternyata punya arti cukup besar selain nyari duit doang, 

kayaknya saya bakalan terus bekerja sampai nanti-nanti. entah dengan penyesuaian seperti apa, tapi nampaknya saya akan dan harus terus bekerja.

saya ngga bisa kalau ngga bekerja. 

Wednesday 24 February 2021

Menjadi diri sendiri

 hola! apa kabar? semoga selalu sehat ya!


rasanya sudah lama saya tidak menjejakkan tangan di sini. kangen juga sih. yap, terakhir adalah ketika saya ikut lomba BI kemarin. bikin tulisan berdasarkan challenge.


seru juga. walaupun aga kecewa sih karena kalah. hihihi.


tapi tentu ini ta apa.


jadi kemarin ketika ikut lomba BI sempat ada review tentang blog. dan si reviewer bilang kalau beberapa blog terlalu hiperbolis, karena terlalu banyak "aku" di dalamnya. dan, ndak semua orang nyaman dengan itu.


ya saya ngerasalah!


sempat mangkel sih. tapi yasudahlah. 


ya memang tujuan orang ngeblog kan sendiri-sendiri. kalau saya, ya saya ngeblog karena saya belum selesai dengan diri saya sendiri dan nampaknya tidak akan selesai.


saya masih akan menulis apa yang ingin saya tulis. saya masih akan meracau. sesekali saya akan mensitasi beberapa penelitian. sesekali saya mungkin akan kembali mellow di sini.


entah kenapa saya kok mangkel. hahaha. 


karena bagi saya blog itu personal ya sifatnya, bagaimanapun. kalau ndak pengen jadi personal ya bikin portal berita saja.  


anyway, kemarin saya akhirnya ikut tes TOEFL ITP. nilai saya alhamdulillah. lumayan baiklah ya. 


satu wishlist sudah tercentang.


semoga wishlist  dapat beasiswa dan sekolah S3 bisa segera tercentang juga. amin! 👌😊 

This entry was posted in

Tuesday 2 February 2021

Takut - Climbing inside fear




fear
/ˈfir/
noun
  1. an unpleasant emotion caused by the belief that someone or something is dangerous, likely to cause pain, or a threat.


Anda pernah ngga memiliki tugas, yang entah kenapa, males sekali untuk diselesaikan?

rasanya seolah kita selalu punya alasan untuk mengabaikannya. walaupun kita tahu itu penting.

saya ada. ada 3 tugas dari kampus yang entah, setiap kali membuka foldernya, dada saya rasanya bergemuruh dan pengen segera menutup folder tersebut.

satu waktu saya pikir saya hanya malas. namun kemudian, saya menemukan, bahwa ternyata saya takut. saya takut dengan tugas itu. saya takut saya tidak bisa mengerjakan dengan baik, saya takut salah, saya takut dianggap bodoh, saya takut menemui kenyataan bahwa saya tidak mampu. 

iya, ternyata rasa takut itu yang selama ini menghantui saya dan membuat saya selalu menemukan alasan untuk tidak mengerjakannya.


hmm...


menulis ini ternyata tidak bikin lega.  


seperti biasa, melihat pendapat para ahli sepertinya akan menyenangkan. so, here we go.


saya menemukan satu artikel yang berjudul "Expectancy model of fear, anxiety and panic" yang ditulis oleh Reiss S (1991). Selanjutnya kita sebut saja beliau dengan Pak Reiss.

Jadi nampaknya Pak Reiss ini adalah akademisi untuk bidang psikologi yang banyak meneliti mengenai rasa takut dan kecemasan. artikel yang saya rujuk di atas adalah rangkuman atas penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Pak Reiss. btw, artikelnya bagus. saya akan coba summarize model yang diusulkan oleh Pak Reiss ini.

1. Rasa takut secara parsial atau keseluruhan didorong munculnya oleh harapan serta sensitivitas terhadap kecemasan (saya baru tahu ternyata ada angka index untuk mengukur kecemasan yang disebut dengan index sensitivitas terhadap kecemasan) : ini bener banget ya. rasa takut saya memang didorong atau diakibatkan oleh harapan atas hasil ketika saya melakukan tugas-tugas tadi. mungkin bukan harapan ya kata yang tepat, tapi ekpekstasi atau pandangan saya atas sesuatu yang muncul ketika saya melakukan tugas-tugas tadi. saya takut salah, takut dicap ngga bisa, takut dibandingin dengan junior lain. itu adalah ekspektasi negatif saya...

Pak Reiss, njenengan daebak!

2. sensitivitas terhadap kecemasan bersifat sangat individu dan bisa diukur dengan sensitivity index. nah, ini harusnya bahasan bagus sih tentang index sensitivitas atas kecemasan. tapi berhubung artikelnya ndak ada gambar-gambar yang merangkum bagaimana index sensitivitas kecemasan (saya belum membaca sama sekali ya tentang ini) tsb, jadilah saya skip. pan kapan kalau ngga lupa, mari kita cari tahu sama-sama apa itu index sensitivitas kecemasan

3. Orang dengan tingkat kecemasan yang tinggi memiliki rasa takut yang lebih banyak terhadap objek atau situasi yang berbeda. jadi intinya, semakin mudah anda merasa cemas terhadap sesuatu itu artinya anda punya rasa takut yang banyak atas macam-macam objek dan kondisi atau situasi. 

nah, iya ini bener sih. makanya ada orang yang kayaknya santai banget, ya mungkin bisa jadi dia ndak punya rasa takut, atau dia hanya memiliki rasa takut terhadap sedikit hal saja.

lha kalo saya 😐 jangan ditanya lah. mungkin itu sebabnya kenapa saya gampang ndredeg, hiperhidrosis, rasa takut saya terlalu banyak. dan porsi terbesarnya adalah rasa takut pada komentar netijen. duhkah! ndak penting banget kan 😐

saya tidak paham apakah yang saya lakukan ini adalah self diagnose yang sebenarnya tidak dianjurkan. tapi kadang dengan mengilmiahkan apa yang terjadi pada kita, itu membuat kita merasa lebih baik.   


source :

Reiss, S. (1991). Expectancy model of fear, anxiety, and panic. Clinical Psychology Review, 11(2), 141–153. doi:10.1016/0272-7358(91)90092-9 

Friday 29 January 2021

Berbelanja (dengan transaksi digital) untuk Negara

 

 



 

Selama bekerja dari rumah, saya sering merasa bersalah. Bagaimana tidak, kadang disela-sela menulis materi pembelajaran atau mengecek tugas mahasiswa, seringkali saya tidak mampu menolak keinginan jari jemari untuk scrolling ikon e-commerce yang ada di handphone.

Entah sudah berapa kali suami mengernyitkan dahi ketika tiba-tiba datang bapak-bapak sambil teriak, “Pakeeettt!”. Kalau sudah seperti itu biasanya saya akan beri senyum yang paling manis, kemudian membuat naskah pidato singkat menjelaskan betapa pentingnya barang yang barusan diantar oleh si Pak Paket. Ya tentu saja dengan harapan suami akan percaya alasan yang saya buat, walalupun saya yakin tidak -_-“

Tapi terlepas dari itu semua, saya pikir kita semua sepakat ya, bahwa sekarang belanja atau melakukan transaksi keuangan bisa semudah itu. Apalagi di masa pandemi, ketika kita harus serba membatasi kontak sosial seperti sekarang ini. Pengen makan, tinggal nyari makanan yang kita inginkan di aplikasi, bayar pakai uang digital, dan makanan sudah di antar depan rumah. Ingin upgrade setting rumah, tinggal cari referensi di Pinterest atau Instagram,  cari produk yang diinginkan, sesuaikan budget yang dimiliki, pesan, dan voila barang sudah sampai rumah. Semua serba mudah.

Hasil "Pak Paket" kemarin 😁 Meja baru buat WFH dari belanja online 😁


Transaksi Digital untuk Ekonomi Nasional

Kemudahan-kemudahan transaksi keuangan yang bisa kita rasakan sekarang, sebenarnya tidak lepas dari peran regulator yang memastikan bahwa ada kenyamanan dan keamanan dalam setiap transaksi digital yang kita lakukan. Misalnya implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 oleh Bank Indonesia, yang diimplementasikan lewat 3 cara, yaitu :  

1. Memperpanjang kebijakan merchant discount rate QRIS sebesar 0% untuk merchant usaha mikro sampai dengan 31 Maret 2021

2. Memperkuat dan memperluas implementasi elektronifikasi dan digitalisasi, baik di pusat maupun di daerah, bersinergi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah serta otoritas terkait melalui pembentukan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah

3. Mendorong inovasi dan pemanfaatan teknolgi serta kolaborasi perbanakan dengan fintech melalui percepatan implementasi Sandbox 2.0, antara lain melalui regulator sandbox, industrial test, innovation lab dan start up. 

Itulah kenapa beberapa media menyebutkan bahwa selama pandemi transaksi digital kita justru semakin meningkat. Bahkan, mengutip laporan Google dalam e-Conomy SEA tahun 2020, disebutkan Indonesia menjadi negara dengan nilai transaksi ekonomi digital tertinggi di Asia tenggara, yaitu sebesar US$ 44 milyar.

Penggunaan transaksi digital sendiri ternyata mampu meningkatkan perekonomian nasional lho.

Dari sisi konsumen, dengan transaksi digital, maka kita bisa memiliki akses terhadap produk yang lebih mudah dan beragam dengan harga yang kompetitif. Jadi kita bebas menyesuaikan pilihan kita berdasar kualitas, harga, ataupun bisa jadi referensi dari orang terdekat kita. Selain itu juga lebih hemat. Saya yakin, bukan hanya saya saja yang tidak ikhlas ketika belanja di mini market, kemudian kembalian yang entah itu 200 atau 500 perak dianggap tidak ada, karena uang kembaliannya tidak ada. Sebagai mamak-mamak hemat dan perhitungan, seringkali berpikir, “Ini saya orang ke-berapa ya yang hari ini harus meluangkan koinnya untuk si supermarket?”.  Nah, dengan transaksi digital, hal-hal macam ini bisa dihindari. Karena kalau kita melakukan transaksi digital, 1 rupiah pun akan tetap dihitung. Jadi mamak-mamak perhitungan kaya saya masih tetap untung 😁hehehe 😁

Kemudian juga, menurut saya penggunaan transaksi digital juga justru membuat kita lebih aware terhadap kondisi keuangan kita. Yang artinya kita bisa menjadi lebih tidak impulsif. Karena apa, karena transaksi digital hanya bisa dilakukan secara digital ya, jadi kalau pas saldo kita kosong, ya mau tidak mau kita harus menghentikan keinginan berbelanja kita. Tapi tentu saja hal ini tergantung orangnya masing-masing, ya. Kalau saya, saya sudah menyediakan akun rekening khusus untuk belanja online dengan nominal yang sudah saya set. Ini membuat saya jauh lebih mudah untuk tahu diri dan tidak asal belanja 😁 Pun adanya informasi transaksi sebenarnya memudahkan pencatatan juga. Sehingga pengeluaran akan lebih terkontrol.

Dari sisi produsen atau bisnis sendiri, dengan adanya transaksi digital, ternyata justru mampu menekan biaya operasional dan modal. Produsen sekarang tidak perlu lagi susah-susah mencari kembalian, kalau misalnya punya toko juga tidak perlu susah untuk meng-hire karyawan bagian kasir dan melakukan pencatatan keuangan, karena dengan adanya transaksi digital maka arus uang yang masuk pada perusahaan juga tercatat, sehingga terjadinya kesalahan pencatatan keuangan juga bisa diminimalisir.

Kemudian dari sisi pemerintah, penggunaan transaksi digital ternyata mampu mendorong transmisi kebijakan ekonomi dan meningkatkan kecepatan perputaran uang sehingga meningkatkan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Contoh gampangnya seperti penyaluran bansos atau bantuan sosial yang sekarang dilakukan lewat transfer ke rekening masing-masing penerima. Ini sebenarnya mempermudah semua pihak lho.

Saya masih ingat ketika saya SMA dulu dan menerima beasiswa (apa ya namanya, saya lupa) dan saya harus mengambil uang beasiswa tersebut di kecamatan. Jadi siswa 1 kecamatan yang dapat beasiswa dikumpulkan, kemudian dipanggil satu persatu untuk menerima amplop. Nah, siapa yang cape kalau kaya gini? Ya semua :’).

Nah, pola pemberian bantuan secara langsung (tidak melalui transaksi digital) ini kan artinya dana harus dikirim dari pusat, ke daerah, lalu ke perwakilan, lalu baru ke penerima. Butuh waktu berapa lama? Dan makan biaya berapa banyak kalau alurnya seperti ini? :’) Nah, dengan adanya transaksi digital ini kan artinya ada percepatan transmisi kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah langsung kepada si penerimanya.

Nah, karena kuliah sedang libur UAS, nilai sudah selesai diinput, maka mari kita coba lihat bagaimana pendapat para ahli mengenai penggunaan transaksi digital ini. Lumayan kan nambah bahan pidato untuk suami kalau Pak Paket datang lagi 😁

Perkembangan Transaksi Digital Dunia dan Kontribusinya bagi Perekonomian Negara

bcg.com dalam salah satu artikelnya menyebutkan bahwa negara yang telah melakukan transformasi keuangan digital dengan pembayaran digital misalnya, ternyata mampu meningkatkan GDP hingga 3x lipat. Negara yang sukses menjadikan transaksi atau pembayaran digital sebagai pendorong utama perekonomiannnya antara lain Bangladesh. Bangladesh memiliki b’Kash yang memungkinkan masyarakat melakukan transfer melalui handphone, dan ternyata hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas keuangan inklusif di negara tersebut. Sebagai negara berkembang yang kondisi ekonominya belum merata, teknologi transaksi digital ini membantu masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap lembaga keuangan atau untuk melakukan transaksi keuangan. Jika sebelumnya untuk melakukan transaksi keuangan mereka harus ke pusat kota, yang bisa jadi jauh daritempat tinggal mereka, dengan adanya transaksi digital ini mereka tidak perlu bersusah payah karena mereka bisa melakukan transaksi keuangan dari rumah. Yang artinya, perputaran uang menjadi semakin merata dan meminimalisir biaya yang berlipat yang harus ditanggung oleh mereka yang tidak punya akses terhadap transaksi keuangan ini.

Sementara contoh dari negara maju ditunjukkan oleh Swedia dan Korea yang secara perlahan mengganti transaksi dengan uang cash menjadi transaksi digital. Di Swedia bahkan tercatat penggunaan uang cash hanya sebanyak 2% dari nilai pembayaran di tahun 2018. Hal ini berdampak besar pada maraknya pedagangan online serta berkurangnya fraud atau kecurangan akibat penggunaan uang cash.

 


 

 

Transaksi Manual dengan Uang Cash VS Transaksi Digital

Penggunaan uang cash sebagai alat transaksi keuangan memang masih merupakan pilihan utama, terutama di Indonesia. Hal ini disebabkan karena penggunaan uang cash diniliai lebih mudah, ada di mana-mana, masyarakat mempercayai nilainya, tidak memerlukan intermediasi dari pihak ketiga untuk menggunakannya, mudah diakses, dan reliabel. Namun demikian, ternyata penggunaan uang cash juga memiliki beberapa kelemahan. Diantaranya adalah munculnya biaya penanganan, biaya cetak, transportasi, serta munculnya biaya keamanan.

Secara tidak langsung memang biaya-biaya tersebut tidak dibebankan ke masyarakat. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa ketika kita mengambil uang lewat ATM atau mengirim uang lewat ATM, atau cek saldo lewat ATM misalnya, kita harus membayar biaya transfernya. Atau akan ada biaya administrasinya. Nah, biaya yang dibebankan kepada pengguna ATM tersebut adalah biaya-biaya yang muncul dari penggunaan uang cash yang telah saya sampaikan di atas. Jadi, di satu sisi justru penggunaan uang cash ini kalau kita lihat secara makro, malah menghambat perputaran uang terutama di kalangan menengah ke bawah.

Lalu bagaimana dengan transaksi digital?

Secara sederhana dengan menggunakan transaksi digital, sebenarnya kita justru lebih hemat. Tidak ada biaya penanganan seperti pada uang cash. Kemudian juga transaksi digital juga memungkinkan kita untuk tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar kemana-mana, yang artinya kita akan lebih aman, mudah dalam mengirim dan menerima uang, cepat, dan memudahkan pencatatan sehingga dalam konteks lebih besar pengunaan transaksi digital akan meminimalisir adanya fraud atau kecurangan.

.

Wah, ternyata jadi panjang ya, padahal awal mula saya hanya ingin cerita mengenai betapa mudahnya belanja dengan transaksi digital seperti sekarang ini 😁 Tapi, dengan nulis ini tadi, sayapun akhirnya baca-baca dan jadi tahu juga, bahwa belanja dengan transaksi digital itu juga ternyata memberikan kontribusi lho, untuk peningkatan perekonomian negara.

(Saya jadi nemu ide pidato panjang untuk diberikan ke Pak Suami kalau Pak Paket datang lagi, hihihi 😁)

 

Sumber :

Instagram Bank Indonesia : https://www.instagram.com/p/CJvbAi_BDkh/?utm_source=ig_web_copy_link

https://www.bcg.com/publications/2019/cashless-payments-help-economies-grow

The use of electronic money and its impact on monetary policy, https://www.econstor.eu/bitstream/10419/147460/1/86795244X.pdf

 https://ekonomi.bisnis.com/read/20201215/9/1331244/mantap-transaksi-ekonomi-digital-indonesia-diproyeksi-bisa-tembus-rp1748-t-di-2025

 

 

 

Tuesday 26 January 2021

Writing as Remedies





setiap orang punya remedi-nya masing-masing. setiap orang punya kecewanya masing-masing. 

hari ini saya kecewa sekali. dan menulis di sini adalah remedi atau penyembuh saya. 

kalau dipikir, entah berapa kali philosofay sudah menyelematkan saya dari banyak hal buruk yang terjadi pada saya. mulai tahun 2009 lalu, saat blog baru dikenal, saat saya sedang galau-galaunya.

nah, berhubung saya pengen move dari kebiasaan menggalau yang keterlaluan, kali ini saya pengen bicara sedikit tentang kenapa menulis bisa menjadi remedies

Fred McKinney (1976) menemukan bahwa menulis bebas merupakan metode yang bagus yang bisa digunakan oleh banyak mahasiswa untuk meredakan ketegangan selama perkuliahan, serta terbukti mampu memoderasi masa-masa kebingungan, terjadinya konflik, serta kecemasan. lebih lanjut, menulis bebas juga merupakan bagian dari konseling serta bagian dari katarsis diri (McKinney, 1976). 

Yak, berangkat dari sini, jadi ngga salah kan ya kalau saya bikin tesis bahwa menulis adalah media penyembuhan yang tepat 😊

Baik, mari kita cari bagaimana pendapat ahli lain.

Bacigalupe (1996) melakukan penelitian mengenai bagaimana menulis dengan orang lain (bukan menulis kepada atau menulis tentang sesuatu) juga merupakan bagian dari terapi dan konseling. dalam penelitian ini Bacigalupe (1996) menekankan bagaimana seorang terapi bisa menerapkan metode menulis dengan klien-nya sebagai upaya penyembuhan. kalau dari artikel yang saya baca (semoga saya tidak salah) kebanyak terapi menulis yang dilakukan psikiater (?) adalah dengan meminta kliennya untuk menulis tentang sesuatu, atau si terapis yang menulis sesuatu kepada kliennya (?). Nah, si Bacigalupe (1996) ini menemukan bahwa menulis bersama klien melibatkan sesuatu yang partisipatoris. dan beberapa contoh kasus menunjukkan bahwa menulis bersama merupakan terapi posmodern yang kolaboratif dan refleksif. 

Source terakhir yang saya ambil dari tema kali ini cukup menarik. Saya ambil penelitian yang dilakukan oleh Cooper (2014). Nah, ini penelitian terbaru kalau dibandingkan source yang saya gunakan sebelumnya.. ehheee.... Karena saya ingat sih, kalau sedang mbimbing skripsi atau nulis artikel, penggunaan source di atas 10 tahun dianggap sudah obsolete atau usang. berhubung ini nulis untuk blog, ya suka-suka saya lah 😁😆

balik ke sumber terakhir, si Pak Cooper (2014)

jadi si Pak Cooper (2014) ini menulis tentang hasil praktek dan studi yang dilakukannya lewat metode kualitatif dengan menggunakan kuesioner dan interview. studi yang dilakukan Pak Cooper (2014) ini mengeksplorasi penggunaan terapi menulis dalam occupational therapy (ini istilah psikologis nampaknya, dan saya ndak berani menterjemahkan karena takut ngga tepat ya) terhadap satu pasien perempuan yang sedang sakit mental (? - mohon maaf jika istilah saya kurang tepat) dan mengalami beberapa simptom depresi yang didiagnosis sebagai bagian dari schizophrenia. 

penggunaan menulis sebagai terapi dalam studi ini diterapkan lewat enam sesi intervensi terapi menulis untuk mengeksplorasi dan menumbuhkan self esteem. Hasil dari intervensi terapi menulis ini menunjukkan bahwa menulis memungkinkan terjadinya perubahan kognitif dan menyediakan banyak "wadah" yang bisa digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman hidup yang akan meningkatkan pemahaman mengenai peran diri dan identitas diri.

Mantappp Pak Cooper! 👍👌😁

Jadi, ya, sekali lagi, ndak salah berarti saya bikin tesis bahwa writing is a remedies. dia bisa menjadi mediasi, moderasi, atau alat utama untuk membuat wadah-wadah virtual yang membantu kita memilah-milah banyak peran dalam diri kita yang kadang tidak mampu kita lakukan hanya dengan merenung saja 😁

(Saya nulis gini kok berasa mantaaappp sekali 😂)

Etapi tadi ketika saya nulis judul, perasaan saya jelek banget. tapi setelah menyelesaikan tulisan ini, perasaan saya jadi bahagia 👍💖


Jadi, ayo tetap menulis! it makes you happy!💆


Reference :

McKinney, F. (1976). Free writing as therapy. Psychotherapy: Theory, Research & Practice, 13(2), 183–187. doi:10.1037/h0088335 

Cooper, P. (2014). Using Writing as Therapy: Finding Identity. British Journal of Occupational Therapy, 77(12), 619–622. doi:10.4276/030802214x14176260335345 

Bacigalupe, G. (1996). Writing in therapy: A participatory approach. Journal of Family Therapy18(4), 361-373.

Pic source : https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fi.ytimg.com%2Fvi%2FMDo7ilg9uH0%2Fmaxresdefault.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fwww.youtube.com%2Fwatch%3Fv%3DMDo7ilg9uH0&tbnid=hg7bRpg1t9FzrM&vet=12ahUKEwiuxN-Tk7vuAhWI3XMBHQfwC3cQMygAegQIARAy..i&docid=5BQI57UWXRgF_M&w=1280&h=720&itg=1&q=writing%20as%20remedies&hl=en&ved=2ahUKEwiuxN-Tk7vuAhWI3XMBHQfwC3cQMygAegQIARAy

Sunday 17 January 2021

IS S(HE) THE RIGHT PERSON? : CHOOSING THE RIGHT CELEBRITY ENDORSER

 


Apa itu celebrity endorser?

Shimp (2003:455) menjelaskan bahwa endorser adalah pendukung iklan atau biasa dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang diiklankan. Sedangkan selebriti adalah tokoh (aktor, penghibur atau atlet) yang dikenal karena prestasinya dalam bidang-bidang yang berbeda dari produk yang didukungnya (Shimp, 2003:460). Celebrity endorser adalah iklan yang menggunakan orang atau tokoh terkenal (public figure) dalam mendukung suatu iklan (Shimp, 2003:468). Selain itu, Kotler dan Keller (2009:519) menjelaskan bahwa celebrity endorser merupakan penggunaan narasumber (source) sebagai figur yang menarik atau populerr dalam iklan, hal tersebut merupakan cara yang cukup kreatif untuk menyampaikan pesan agar pesan yang disapaikan dapat memperoleh perhatian yang lebih tinggi serta dapat diingat.

 

Mengapa harus menggunakan celebrity endorser?

Jadi, sebelum bahas mengenai celebrity endorser, perlu dipahami bahwa ilmu pemasaran atau ilmu komunikasi adalah bagian dari ilmu behavioral, dimana kajian utamanya adalah  kajian perilaku, bisa perilaku pembelian, atau perilaku individu secara general. Nah, perilaku individu secara umum dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan lingkungan internalnya.

Lingkungan eksternal terdiri dari stimulus yang berada di luar diri individu, kondisi ekonomi, kondisi politik, teknologi, dan budaya. Sementara lingkungan internal dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri, seperti sikap, motivasi, persepsi, keprbadian, gaya hidup, pengetahuan, dan lainnya.

Dari beberapa faktor tsb, beberapa penelitian menunjukkan bahwa sikap adalah entitas penting yang mampu mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Sikap sendiri didefinisikan sebagai evaluasi positif atau negatif individu atas suatu objek (bisa berupa manusia, kondisi, situasi, apapun). Penelitian menunjukkan bahwa apabila individu memiliki sikap positif terhadap sesuatu, maka individu tsb akan menunjukkan perilaku yang sama. Demikian pula jika individu memiliki sikap negatif terhadap sesuatu, maka perilaku yang ditunjukkannya juga akan mendukung sikap tsb.

 

Nah, lalu di sini apa kaitan antara sikap dan celebrity endorser?

Jadi, seringkali banyak pihak (dan bukan  hanya pemasar) yang menggunakan bantuan pihak lain untuk mendorong 'target market'nya agar memiliki sikap dan perilaku sesuai dengan yang diinginkan si pihak tsb. Misal, seorang pemasar menginginkan target market-nya agar memiliki sikap positif atas produk yang dia tawarkan, sehingga nantinya si target market ini menunjukkan perilaku yang positif pula (pembelian terhadap produk tersebut).

Oleh karena itu, penggunaan celebrity endorser (CE), dipercaya (yang memang sudah sudah diverifikasi oleh beberapa penelitian) mampu meubah sikap bahkan perilaku kelompok target. Dengan kata lain, kelompok yang sebelumnya bersikap netral atau bahkan negatif terhadap produk tertentu, dengan adanya celebrity endorser ini diharapkan mampu berubah menjadi memiliki sikap dan perilaku yang positif. Namun, di sisi lain, penggunaan celebrity endorser  yang tidak tepat juga rentan menimbulkan perubahan sikap dari yang positif menjadi negatif. Dan dampak perubahan sikap ini juga akan signifikan terutama bagi pemasar, karena sikap merupakan salah satu determinan utama perilaku seseorang.

Berangkat dari peran penting celebrity endorser untuk bisa meubah sikap "target pasar", maka penting pula mengetahui, celebrirty endorser seperti apa yang bisa meubah sikap "target" itu tadi. Dalam hal ini tidak semua selebriti bisa menjadi celebrity endorser yang efektif, dan bukan berarti orang biasa tidak bisa menjadi celebrity endorser yang efektif.

Memilih Celebrity Endorser yang Tepat

Proses pemilihan celebrity endorser bisa didasarkan pada beberapa hal. Hal utama dalam pemilihan celebrity endorser supaya pesan yang ingin disampaikan efektif adalah, diadasarkan pada tujuan utama yang ingin dicapai oleh si pemasar. Terkait ini, kita bisa mengacu pada kerangka Kelman berikut ini ya :




1.       Jika menginginkan internalisasi informasi atau pesan (pesan diingat dan dipercaya sebagai pesan yang benar), maka pilihlah celebrity endorser yang memiliki kredibilitas tinggi. Seseorang dianggap kredibel ketika dia memiliki keahlian dan dipercaya oleh target market. Ketika marketer menggunakan celebrity endorser yang memiliki kredibilitas tinggi, maka target audience akan merasa bahwa pesan yang disampaikan adalah pesan yang benar dan bisa dipercaya.

2.       Jika menginginkan target audience untuk mengenali isu atau wacana tertentu, atau tertarik atas sesuatu yang baru, maka kita bisa memilih celebrity endorser yang memiliki tingkat kemenarikan (attractiveness)yang tinggi. Seseorang disebut menarik, tidak hanya dari tampilan fisiknya saja, namun juga dari gaya hidupnya, intelektualitasnya, kepribadiannya, dll. Penggunaan celebrity endorser yang memiliki tingkat attractiveness yang tinggi dapat memberikan “rasa suka, familiaritas (familiarity), serta perasaan memiliki sesuatu yang sama (similarity) dengan yang dimiliki oleh celebrity endorser. Hasil yang timbul dari penggunaan celebrity endorser yang memiliki tingkat kemenarikan yang tinggi adalah daya persuasinya, dimana target audience akan menganggap bahwa pesan yang disampaikan adalah merupakan isu yang menarik. Contoh, Adidas dan Nike memilih Jennifer Bachdim dan Andrea Dian sebagai endorser untuk menunjukkan gaya hidup sehat. 

3.       Jika menginginkan target audience mematuhi pesan yang dikirimkan pemasar, maka seorang marketer bisa memilih seseorang yang memiliki kuasa, atau memiliki kewenangan lebih dibanding target audience tersebut. Contoh, kampanye vaksinasi yang dilakukan Presiden.

Secara singkatnya, pemilihan celebrity endorser didasarkan pada hasil yang diinginkan, dapat dilakukan dengan pendekatan TEARS (trustworthy, expertise, attractiveness, respect, similarity)


Nah, lalu dengan kejadian yang sempat rame kemarin gimana?

https://www.liputan6.com/health/read/4456022/jokowi-hingga-raffi-ahmad-berikut-daftar-nama-penerima-vaksin-sinovac-pagi-ini

Kalau kita melihat dari perspektif komunikasi dan pemasaran seperti yang telah disampaikan di atas, tentu keberanian Pak Jokowi, Gubernur, serta pihak lain akan dianggap mampu membuat rakyat patuh dan mengikuti himbauan untuk divaksin.

Namun, pemilihan Raffi Ahmad dan “kelalaian” yang dilakukan paska menerima vaksin, memang tentu saja menimbulkan pertanyaan. Jadi, golongan siapa yang diwakili oleh Raffi Achmad dan rekan-rekan selebritas lainnya. Dan apakah itu akan efektif?

 Tentu saja itu adalah pertanyaan yang sulit dijawab. Kunci ilmu komunikasi adalah memahami komunikatornya, resipiennya, pesan yg disampaikan, lewat media apa, serta kemungkinan noise yg timbul saat pesan disampaikan. Concern thd hal inilah yg akan membuat komunikasi menjadi efektif. Sekarang, tinggal bagaimana pemerintah kita melihat "segmen masyarakat Indonesia" 👩 Itulah yang menjadi salah satu landasan penggunaan celebrity endorser termasuk untuk mendukung program vaksinasi massal. 


PERTIMBANGAN LAIN DALAM MEMILIH CELEBRITY ENDORSER

Melengkapi pernyataan di atas, selain faktor yang telah disampaikan sebelumnya, ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam memilih celebrity endorser, yaitu :

1.       Kesesuaian celebrity endorser dan audiens

2.       Kesesuaian celebrity endorser dan merek

3.       Kredibilitas celebrity endorser

4.       Daya tarik celebrity endorser

5.       Pertimbangan biaya

6.       Faktor kemudahan atau kesulitan bekerja

7.       Faktor kejenuhan

8.       Faktor masalah