Wednesday 9 February 2022

Kukira kau rumah

Pagi ini membuka twitter dan menemukan tulisan Fiersa Besari tentang kekerasan dalam pacaran yang dialami vokalis band Amigdala. 

Jujur saya tidak tahu siapa Amigdala, lagu maupun karyanya, tapi film yang katanya ost-nya dinyanyikan oleh band ini sedang ramai dibincangkan. 


Kukira kau rumah

Saya tidak tahu dengan laki-laki, tapi perempuan akan selalu mencari rumahnya. Menganggap bahwa dia akan menemukan tempat untuk berteduh dan berlindung dan melakukan apapun dengan bebas. 


Tapi apakah perjalanan mencari rumah itu mudah? 

Tidak pernah. 

Kadang kita berpikir bahwa rumah adalah entitas statis. Tempatnya di satu titik saja. Ketika kita sudah menemukan seseorang atau bahkan menemukan diri sendiri, seringkali secara otomatis kita mentahbiskan bahwa mereka adalah rumah. 

Padahal bisa jadi satu waktu kita jengah, kita lelah, atau bahkan tidak ingin berada di dalamnya. 

Kalau saya sendiri, rumah bagi saya adalah blog ini sebenarnya, hahaha. 

Saya bisa menulis apapun, menyampaikan apapun tanpa takut dihakimi. Tanpa takut salah walaupun saya tahu itu salah. 

Walaupun kadang juga saya tidak merasa nyaman di sini dan menemukan kenyamanan justru ketika bercerita dengan suami.


Rumah mungkin hanya sesuatu yang sifatnya ilusi. Tidak ada. 

Tidak ada titik henti. Semuanya dinamis

0 comments:

Post a Comment