Monday 7 June 2021

Kita sedang balas dendam, namun salah sasaran

 beberapa waktu lalu, di tengah ruwetnya kepala, saya membuat coretan di kertas. saya tuangkan banyak hal di sana. kenapaa saya begini, apa yang saya rasakan, apa yang saya inginkan, dan lainnya. setelahnya saya merasa sedikit membaik namun tidak sepenuhnya. 

pagi tadi, saya bangun dengan perasaan dongkol luar biasa sebenarnya. hati saya masih tidak rela. saya tahu beasiswa adalah pelampiasan. jika saya lolos, at least itu akan sedikit menghibur hati dan hidup saya yang seolah hancur di mana-mana (padahal ndak sih. haha). tapi kepastian approval yang tidak kunjung datang benar-benar membuat mood saya jelek belakangan ini. 

sambil memasak, mendengar spotify, saya merenung sedikit. apakah benar kekacauan yang saya buat, perilaku saya yang sebenarnya tidak bisa dimaafkan (oleh saya sendiri) adalah murni kesalahan saya? 

nyatanya setelah saya merunutnya, toh ternyata tidak. semua ini hanya akumulasi. ada kejadian-kejadian di masa lalu yang mungkin membuat kita jengkel, jengah, jembek, atau apapun itu. namun kita tak punya kekuasaan atau kewenangan di dalamnya. akhirnya cuman bisa mbatin. 

mbatin berkepanjangan ini akhirnya mengejawantah ke pikiran. saya ndak mau diperlakukan seperti ini. saya maunya seperti ini, ini dan ini. saya ndak terima diperlakukan seperti ini, ini dan ini. 

lama kelamaan dia mengendap. menjadi dendam yang tak kentara. lalu kemudian diri kita membangun pertahanan diri. membangun perlengkapan perang siapa tahu musuh datang menyerang kapan saja.

sayang, upaya itu kadang tak dibarengi ilmu. alih-alih menyerang musuh, malah menyerang diri sendiri. malah menyalahkan diri sendiri.


intinya,


jika saat ini anda sedang benci pada diri anda (seperti saya sekarang), jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. itu hanya akumulasi. itu hanya balas dendam yang salah sasaran. kasihani diri anda. jangan terlalu menyalahkan diri sendiri.