Sunday 10 December 2023

Konflik Peran

 saya barusan menangis. sesuatu yang jamak saya lakukan akhir-akhir ini. saya lelah. lelah luar biasa. mengurus dua anak tidak semudah itu. ditambah saya ada tanggungan revisi disertasi yang harus segera dikejar, buku, keharusan ke kampus, dan lain sebagainya.


saya tidak punya daya. saya hanya bisa menangis. saja.


ini akan menjadi postingan curhat btw. saya sudah lelah teramat lelah. 


jujur saya ingin menyelesaikan urusan saya di surabaya. saya ingin ngampus, saya ingin mengerjakan disertasi, saya ingin mengerjakan buku, saya ingin sebar kuesioner, saya ingin ketemu odsen penguji. ya Allah nyesek rasanya.

apakah saya bisa?

sayangnya tidak. 

apakah ada bantuan? ada tapi tidak bisa diharapkan. 


saya tadi memikirkan banyak skenario di kepala. bagaimana jika anak dititip day care saja. saya benar-benar ingin menyelesaikan ini semua. 

tapi skenario itu buyar. pneumonia sedang parah-parahnya. saya trauma anak masuk rumah sakit. belum kalau dia rewel dan tidak digubris. belum kebersihannya, siapa yang menjamin. lalu melihat wajahnya tadi, hati saya mencelos. saya tidak tega. 


ada kalanya saya ingin melampiaskan kemarahan saya. ada kalanya saya pengen sekali mbanting-mbanting. ada kalanya saya takut memegang bayi saya. 


pada satu titik, saya benci menjadi perempuan. saya benci menjadi ibu rumah tangga. saya benci sekali menjadi tidak berdaya.  

Wednesday 1 November 2023

ahli menambah masalah

saya adalah ahli menambah masalah. berpura-pura menambahkan hal-hal yang seolah bisa diselesaikan, namun kenyataannya tidak. 


kali ini tiba-tiba saya ingin ikut bootcamp digital marketing yang diadakan oleh markplus. sebenarnya saya paham, keinginan saya rasional dan insya Allah berdampak dan saya pun membutuhkannya. tapi di sisi lain, saya juga paham bahwa saya sendiri adalah ahli menciptakan masalah tanpa menyelesaikannya. draf buku dari workshop unair kemarin pun belum selesai. proposal juga tak kunjung di acc, entah kenapa, bikin saya pengen menangis saja. artikel yang harus published sebelum lulus pun belum tersentuh sama sekali. padahal ya, prosesnya bisa 1 tahun sendiri. sementara waktu kuliah saya hanya tinggal 1,5 tahun saja.


saya tahu, saya pandai sekali bermain dengan deadline yang mepet. tapi entah kenapa kali ini saya takut. ada banyak variabel yang tidak bisa saya prediksi. variabel anak terutama. ah, semoga anak tidak terus-terusan menjadi excuse saya, hmmm. fisik saya juga sudah tidak seperti dulu lagi. fisik saya hancur, hahaha. saya payah sekali dalam bekerja. tidak kuat duduk berlama-lama, pikiran kemana-mana, tidak bisa fokus, kepikiran rumah, anak, tagihan, hemmmm. bahkan entah sudah berapa minggu saya menjadwalkan akan tidur malam atau bangun dini hari pun, ujung-ujungnya hanya skroling shopee dan tertidur. saya lemah sekali.


kembali ke masalah baru yang akan saya timbulkan. sungguh, saya pengen ambil bootcamp itu. tapi saya takut saya tidak bisa handle konsekuensi di luar prediksi saya. saya takut saya memperburuk semuanya (lagi). 

Tuesday 5 September 2023

Tentang Filosofia

Seperti yang saya ulang sebelum sebelumnya, kehamilan kali ini berbeda sekali. Saya yang berpikir bisa hamil sambil menyelesaikan disertasi, nyatanya saya harus lagi dan lagi dibuat sadar, kalau manusia itu tidak punya kuasa apapun. 

Saya harus bedrest sejak day 1 selepas berkunjung ke obgyn. Tidak bisa makan, minum, keliyengan, berada di tempat tidur seharian, selama hampir 7 bulan. Saya benar-benar tidak mampu memegang berkas disertasi saya, tidak bisa review jurnal, tidak bisa berpikir, dan semuanya. Sampai sini sudah jelas kan bagaimana rencana saya berjalan? πŸ˜…

Awal bulan ke 8 kondisi saya membaik. Saya nekat mengikuti workshop menulis buku karena saya yakin saya sudah baik-baik saja dan percaya selamanya akan demikian. 

Tapi ya tentu saja, saya ditapuk lagi sama Hidup πŸ˜¬πŸ™πŸ»

Saat kontrol ke obgyn, obgyn saya bilang ada indikasi plasenta saya bermasalah dan jika memang demikian maka saya harus dioperasi di Surabaya, karena belum ada RS di Mojokerto yang sanggup melakukannya. Resikonya terlalu besar. Operasinya akan melibatkan banyak dokter termasuk kemungkinan kehilangan darah berliter liter. dan bahkan kehilangan rahim saya. anda bisa bayangkan perasaan saya waktu itu, kan? :)

Maka kemudian saya dirujuk untuk melakukan USG fetomaternal untuk memastikan kondisi saya. 

Bayangkan, hamil dengan perut luar biasa besar 8 bulan, kloyongan ke Surabaya naik kereta ☺️ benar-benar pengalaman baru yang lain dari yang lain ☺️

Kunjungan pertama menunjukkan kalau Alhamdulillah tidak ada masalah pada plasenta. Tapi obgyn pertama tetap menyarankan harus dilihat lebih mendalam lagi. Pun obgyn pertama Surabaya bilang, justru masalahnya kemungkinan ada pada janin saya. 

Saya ingat bagaimana saya saat itu. Rasanya bingung sekali. Saya menangis tiap malam. Saya tidak tahu saya harus bagaimana. Saya tidak yakin saya siap dan kuat. 

Kunjungan kedua untuk memastikan keduanya. Kondisi plasenta dan janin saya. Obgyn ke dua tidak berani memberikan garansi kesehatan kehamilan saya. Semuanya abu-abu. 

Kunjungan ketiga, adalah memastikan bahwa saya bisa lahiran di Mojokerto. 

Proses berjalan 3 minggu itu rasanya menguras hati, kepala dan semua yang saya punya. Saya tidak pernah seputus asa itu. Saya tidak pernah semenyerah itu. 

Lalu entah dari mana, tiba-tiba saja saya pasrah. Saya benar-benar yang pasrah. Saya akui saya terlalu sombong menjadi manusia. Meyakini bahwa semua akan berjalan sesuai rencana, padahal toh saya ini cuman apa, saya punya apa? Punya kuasa apa bahkan atas hidup saya sendiri? 

Kemudian tiba-tiba saja semua doa saya berubah. Saya hanya minta dikuatkan untuk apapun yang akan terjadi pada saya. Saya sudah tidak lagi menuntut dan meyakini apapun semau saya. Saya hanya pasrah dan berharap dikuatkan, itu saja πŸ₯Ί

Singkatnya, akhirnya bayi saya lahir. Alhamdulillah saya dan bayi insya Allah sehat sehat semua tidak kurang suatu apapun πŸ₯Ί 

Dan saya beri nama bayi saya Filosofia. Selain itu sebagai representasi filosofay, saya merasa bayi saya adalah representasi dari sebuah perjalanan yang sangat panjang. perjalanan menemukan kebijaksanaan. seperti namanya, Filosofia, mencintai kebijaksanaan :)

Keberadaan Filosofia benar-benar memberikan saya nafas baru. entah, sekarang saya memandang semuanya jauh lebih ringan (walaupun kadang tidak). namun, saya percaya ada Kuasa besar yang bekerja. dan apapun yang terjadi saya hanya ingin dikuatkan saja. apapun yang terjadi adalah yang terbaik, sudah itu saja. 

sudahlah, saya bingung akan menulis apa. Filosofoa juga sedang kurang sehat. dan sesungguhnya ini ditulis pada hari yang berbeda, jadi saya kehilangan feel menulis ini. 

ah ya, satu hal lagi yang diajarkan Filosofia, di atas itu semua, hal paling penting daripada apapun adalah: Kesehatan :') 






Thursday 27 July 2023

takut mati

Ini kali pertama saya takut mati. Hari ini tadi saya dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut ke Surabaya. Bukan saya berangkat ke Surabaya hari ini, tidak. Tapi nanti, saya harus menjalani pemeriksaan lanjutan di Surabaya. Belum fix memang tapi membaca artikel mengenai diagnosa sementara saya, rasanya πŸ™ƒ ya, saya tidak tahu apa yang saya rasakan πŸ™ƒ

Saya takut kehilangan apa yang saya pikir milik saya. Keluarga, karir, pendidikan, saya takut kehilangan itu semua. Atau membayangkan bagaimana nanti kalau tidak ada saya. 

Dada saya bergemuruh. Saya tidak tahu apa yang saya rasakan. Saya mencoba positif, tapi jujur saya lemas dan hati saya mencelos setiap saat. Saya tahu saya tidak boleh stress, tapi ya apa saya bisa πŸ₯ΊπŸ™ƒ

Menjadi perempuan itu sulit. Apapun yang dialaminya, taruhannya nyawa. Menjadi perempuan itu sulit. Sambat dianggap lebay. Tapi begitu berhenti sambat dan menganggap sakit yang dideritanya ga ada, eh malah terkonfirmasi. 

Menjadi perempuan itu berat. Semoga saya bisa melalui ini dengan positif. Semoga saya bisa melalui ini dengan positif. 

Wednesday 14 June 2023

tiga puluh enam yang melelahkan

Saya tidak menyangka saya menua secepat ini. Rambut yang mulai beruban, fisik yang benar-benar dibabat habis energinya, namun tetap saja, kesabaran yang sejajar dengan bertambahnya usia tidak saya dapat juga. 

Beberapa hari lagi usia saya sudah tiga puluh tujuh. Tetap, saya merasa diri saya seperti dua puluh tujuh dengan mimpi yang masih menggelora. Tapi fisik saya, hahahaha. Pernah tau rasanya lelah sekali? Ya saya sedang merasakannya sekarang. Rasanya hanya ingin rebahan, jalan jalan kecil, kembali pulang ke rumah, tidur, bebersih seadanya, tidur lagi. 

Saya seolah menjadi saya yang lain. 

Jujur ada satu waktu saat saya merasa waktu saya tidak lagi lama, entah, tapi saya merasa sangat lelah. Fisik saya seperti dikuras habis habisan. 

Beberapa hari lagi saya akan berusia tiga puluh tujuh. Saya tidak meminta apapun, saya tidak mengharapkan apapun. Saya hanya ingin merasa sehat, merasa fit, saya ingin merasakan gelora kehidupan lagi. 

Saat ini, rasanya saya sudah mati dipendam sepi, karena terus dan terus berada di rumah tanpa menghasilkan apa-apa. 


.

Tuesday 30 May 2023

second sadness

Jadi ini kali kedua saya nangis saat kehamilan ini. Tangisan pertama adalah ketika saya mengingat proses pemeriksaan oleh seorang obgyn beberapa waktu lalu. Ya, saya benci obgyn itu dan memutuskan untuk tidak periksa lagi ke dia meskipun saya tahu dia dokter yang bagus. Tapi empatinya kosong. 

Tangisan kedua hari ini. Mungkin karena saya sudah menahannya dalam waktu lama, sehingga kali ini saya menangis agak nemen πŸ₯Ί

Kampus mengkonfirmasi di grup bahwa saya adalah 1 dari 3 orang yang belum menyelesaikan administrasi serdos. Saya kemudian mengkonfirmasi ulang kalau saya memang sedang kurang sehat sehingga tidak bisa ke kampus. Lalu kemudian saya mendapat reply:
Sehat selalu ya mbak

Rasanya... Saya pengen marah sekaligus sedih 😑😠😭😭

Siapa sih yang nggak mau sehat? Siapa yang nggak mau berenergi banyak seperti sebelumnya? Siapa yang nggak mau menyelesaikan semua tanggungan??

Ya Allah saya terbawa emosi 😑😑😠😠😭😭

Saya sebenarnya iri dengan teman-teman saya yang sudah berhasil ujian proposal. Saya sebenarnya juga pengen melakukan hal yang sama. 

Tapi kondisi saya sedang beda 😭😭😭

Kalau saya ada energi, saya pasti sudah menyelesaikan ini semua. Saya pasti jadi yang pertama yang ujian kemarin, wong model saya juga sudah sempurna ini. 

Tapi kondisi saya sedang beda 😭😭

Saya sayang sekali dengan makhluk kecil dalam tubuh saya. Saya takut sesuatu yang buruk terjadi lagi. Karena itu, saya selalu menganggap serius tanda sekecil apapun yg tubuh saya alami. Saya tidak mau gegabah lagi. Saya tidak mau kehilangan lagi, karena saya tidak sanggup kehilangan ☹️☹️☹️

Konsekuensinya ya saya memang harus benar-benar bersabar. Harus mau berjalan seperti siput meskipun sebenarnya saya ingin berlari kencang. Saya nggak mau juga malas-malasan, tapi saya memang sedang ada di posisi yang harus banyak beristirahat ☹️☹️☹️


Saya sedih


Tapi rasa sayang saya pada makhluk kecil di tubuh saya lebih besar. 


Maaf hari ini saya menangis ☹️

Monday 29 May 2023

Wednesday 1 March 2023

Apa kabar disertasi? (1)

Jadi, saya sebenarnya malu kalau ditanya tentang disertasi. Jengkel juga. 

Bukan, bukan jengkel ke si penanya, saya jengkel ke diri sendiri (tapi tidak jengkel juga sih).

Sebenarnya saya sudah acc untuk segera menulis Bab 1. Sesuatu yang harusnya gampang dilakukan wong bahan juga sudah lengkap kap. 

Ya memang belum melakukan review menyeluruh, tapi masih bisa dilakukan kok. Artikel juga tidak sampai ratusan. Sesuatu yang pernah hanya butuh waktu sekian hari saja melakukannya. 

Fisik saya masih kurang bersahabat. Saya masih harus banyak-banyak tinggal di rumah. Tidak bisa kena angin, dan sebagainya. 

Pertanda baik tentu saja (amiin), karena itu artinya si bayi sedang baik-baik saja dan bertumbuh (aamin). 

Dulu saya pikir, hamil dan mengerjakan disertasi adalah hal yang bisa kita lakukan bersamaan. Nyatanya tidak ya πŸ˜… 

Sayanya yang bodoh dan tidak belajar dari masa lalu memang. Dulu pun saya pikir saya bisa sekolah lagi sambil ngasuh anak. Nyatanya, ya tidak bisa juga πŸ˜…

Anyway, jadi ini bukan yang pertama, sehingga saya, diri saya, harusnya paham. Tidak semua rencana berakhir sesuai rencana. Dan itu tak apa. Sedikit polesan dan tambalan di sana sini juga tidak apa. Ya, namanya juga hidup kan. Kalau enak terus, mungkin justru itu artinya kita ngga hidup. Hahaha

Anyway (lagi), jujur sebenarnya tadi saya pengen sambat. Tapi entah kenapa saya justru jadi bijak gini ya.. hahahaha.

Alhamdulillah.

Ya sudahlah, semoga minggu depan fisik semakin membaik, mood membaik, bayi tetap sehat, sedikit-sedikit bisa nyicil menyelesaikan Bab 1 dan bisa dikumpulkan minggu depan (aamin paling kenceng). 

Btw, membuat seri apa kabar disertasi nampaknya menyenangkan ya πŸ˜†πŸ˜

Ya, semoga saja ngga males saya πŸ˜†πŸ˜†


Edited: saya kepikiran bikin video dg background hujan, depan laptop, word yang kosong, kopi yang mengepul, dan buku catatan kosong, dengan narasi ini. tapi, ini oversharing ngga sih kalau dipublish di IG atau tiktok gitu? 

Monday 20 February 2023

Mensyukuri Hidup

Belakangan saya punya kebiasaan baru. Tiap pukul setengah enam pagi saya akan duduk di teras rumah, melihat ikan di kolam kecil, sambil minum Good Day Capuccino hangat. 

Sesuatu yang sangat tidak mungkin saya lakukan 3 atau 4 tahun lalu. 

Ya, masa-masa itu adalah masa ketika saya harus bangun jam 3 pagi, membersihkan botol susu dan perlengkapan pumping, kemudian pumping (yang melelahkan), masak, beberes rumah, persiapan kerja, nyiapin bekal Fafa, berangkat jam setengah 6 pagi karena kereta berangkat pukul 6 kurang. 

Waktu yang sangat sesak. Teramat sangat sesak. 

Tidak heran waktu itu saya kena ppd berkepanjangan :')

Tapi pertanyaan pentingnya, apakah saya membenci hidup saya yang dulu dan mencintai setengah mati hidup saya yang sekarang?

Nyatanya tidak juga. Meskipun apa yang saya miliki hari ini bisa jadi adalah sesuatu yang saya idam idamkan dulu kala, beberapa tahun ke belakang.

Nyatanya saya tidak sepenuhnya menikmati hidup menjadi ibu rumah tangga yang kebablasan ini, hahaha. Ya, bagaimana tidak kebablasan, wong saya jadi ibu rumah tangga juga masih semaunya sendiri. Rumah ya nggak bersih bersih amat, masak juga kalau ngga males, kalau males ya tinggal gofood atau makan di luar πŸ˜… Sungguh bukan ibu rumah tangga yang berdedikasi.

Seringkali saya rindu hidup yang padat seperti dulu. Hidup penuh jadwal-jadwal yang padat dan runut. Seringkali saya rindu diburu waktu. Walaupun ada kalanya saya juga sangat menikmati hidup yang sekarang. 

Pada akhirnya manusia memang tidak pernah bersyukur. Atau sulit sekali bersyukur. Meskipun Hidup sudah mewujudkan bahkan mimpi mimpi terliar mereka. 

Sunday 29 January 2023

Hai Baby no. 3

Nanti ketika anak no. 3 saya lahir saya ingin melakukan ini:

1. Menangis meraung ketika dia lahir atau ketika proses persalinan. Saya ngga mau lagi denger kata orang atau peduliin pendapat orang. Saya hanya butuh memvalidasi perasaan saya sendiri. Dan itu tidak apa-apa. 

2. Menghabiskan waktu untuk tidak tergesa dan istirahat. Terutama setelah melahirkan. Saya mau makan yang enak enak dan mengenyangkan. Saya tidak mau peduli lagi kata orang bahwa ibu menyusui harus ABCD, saya akan melakukan apa yang tubuh saya ingin lakukan. Jika ingin istirahat pun saya akan melakukannya. Jika ada yang mencemooh bentuk tubuh saya setelah saya melahirkan, saya akan membalasnya dengan kenyinyiran paling nyinyir. Ya, ini pe er besar saya. Saya harus bisa jadi manusia nyinyir sekarang. Saya tidak boleh lagi membiarkan mental saya dilemahkan orang-orang yang bahkan tidak berkontribusi apapun dalam hidup saya. 

3. Saya ingin punya rewang. Saya ingin fokus sama anak-anak saya. Peduli amat apa kata orang. Yang ngeluarin duit juga saya kan?

4. Saya ingin banyak tutup telinga. Saya sudah cukup tua. Dan pasti melelahkan punya anak di usia sekian. Belum lagi saya harus menyelesaikan disertasi dan lain lain. Saya hanya harus fokus pada diri saya sendiri. 

5. Saya ingin jadi selfish. Itu aja sih intinya. Saya cape jadi saya beberapa waktu belakangan. 

Entah, tapi saya membayangkan diri saya yang lebih kuat nanti. Semoga saya tidak lagi baby blues, tidak lagi kena post partum depression. Semoga semesta mendukung saya kali ini ❤️

Aamin ❤️

Sunday 8 January 2023

Kind hearted man

Dulu sebelum kami menikah, beberapa kali dia mengajak saya mengikutinya bekerja. Menyalurkan bantuan, survey calon penerima bantuan. 

Bagi saya itu bukan pekerjaan mudah. Sangat berat malah. 

Tidak mudah mendongak maupun menunduk terlalu dalam untuk mereka yang ada di tengah-tengah. 

Hampir selalu ketika saya ikut dia bekerja, semuanya berujung dengan saya nangis di boncengan motornya. Ya simply karena hati saya tidak pernah bisa sekuat hatinya. Menyaksikan mbah-mbah yang harus hidup sendirian, dengan rumah yang tentu sudah tidak mampu lagi bagi si mbah untuk membersihkannya sendiri, bukan hal mudah untuk saya. Ya, semua selalu berakhir saya menangis dan mewek. Selalu. 

Sementara dia, dia selalu bisa berkata tegas, tak tek tak tek, tapi tetap santun dan selalu bisa menempatkan diri di manapun dia berada. Nada bicaranya tidak pernah merendahkan, tapi juga tidak pernah terlihat cengeng seperti saya yang cemen. 

Ya, laki-laki itu adalah suami saya. Laki-laki dengan hati terbaik yang pernah saya kenal. 

Beberapa hari lalu harusnya kami bersenang-senang. Kami piknik bersama, tapi ya seperti biasa, dia tiba-tiba dihubungi kantor, dan diminta untuk melakukan beberapa hal dalam waktu yang sesingkatnya. Seperti biasa. Dia tidak menikmati piknik kami. Tapi ya sudahlah. Pasti sulit membagi pikiran dalam kondisi seperti itu. 

Kemarin, dia mengajak saya dan anak kami berkeliling. Kami mengunjungi beberapa rumah. Dia memastikan bahwa semua penerima bantuan untuk mengambil haknya hari itu. 

Menyaksikannya melakukan itu, selalu membuat saya jatuh cinta lagi dan lagi. Dalam hati saya berkata: Laki-laki ini adalah laki-laki terbaik! 

Ketika saya pikir semua sudah selesai, di rumah pun dia masih sempat membuat beberapa panggilan, memastikan semua tersalurkan. Dia bahkan pergi lagi ke tempat penyaluran, ya sekali lagi untuk memastikan. 

Bahkan ketika di rumah, ketika masih saja ada telepon atau sms, dia masih membalas dan menjawabnya dengan nada paling santun. 

Dia mungkin tidak tahu. Mungkin tidak akan pernah tahu, bahwa saya benar-benar mengaguminya. Saya sangat sangat bangga padanya!

Thursday 5 January 2023

parenting apalah apalah

Sebenarnya saya ke-trigger postingan yang direpost seorang teman beberapa waktu lalu. Postingan itu bercerita tentang dosis sayang yang tepat untuk anak. Menurut postingan itu dan banyaaakkk sekali postingan di Instagram yang berseliweran, bersikap tegas, membuat aturan yang saklek, menuntut anak untuk bisa, tidak terlalu memanjakan anak, adalah kumpulan hal-hal baik yang akan berguna bagi anak di masa depan. 

Melihat itu saya sebenarnya pengen tertawa sedih. 

Saya dibesarkan dengan berbagai tuntutan untuk bisa (karena orang tua melihat saya mampu), diupayakan rangking 1, bisa kerja di tempat yang baik, mandiri, semua-semua bisa sendiri. 

Ya, I did it. Saya berhasil melakukannya. Saya bahkan berhasil melebihi ekspektasi yang bahkan di luar ekspektasi sekalipun. 

Tapi setelah itu apa?

Apakah orang tua saya tahu seberapa sering saya menangis karena saya takut gagal? Apakah ada yang tahu bahw kadang saya butuh dibiarkan, butuh dimanja, butuh untuk tidak selalu membuat keputusan sendiri? Apakah ada yang tahu rasa takut saya bertahun-tahun berada di kota asing, tidak menemukan keamanan, merasa kosong, takut tapi tetap harus berani? Apakah itu menyenangkan? 

Tidak. Tidak sama sekali.

Shit, saya nangis nulis ini. Hahahaha. 

Saya melihat pola yang benar-benar tidak ingin saya ulangi. 

Saya tahu, selalu ada positif negatif di setiap keputusan, termasuk keputusan parenting. 

Sisi positif dengan gaya parenting seperti itu adalah, saya bisa menjadi seseorang yang kuat (tapi keropos di dalam. Hahahaha). 

Dan saya tidak ingin mengulangi itu. 


Maka, ketika banyak yang bilang saya dan suami terlalu memanjakan anak kami, dalam hati saya cuma bilang: Ini adalah hal yang paling ingin saya dapatkan ketika saya kecil dulu.

Shit! Mewek lagi saya!!!

Tuesday 3 January 2023

30 Hari Bercerita

Kepala saya penuh. Saya punya banyak hal yang ingin saya ceritakan lewat tagar #30haribercerita. Tapi kemudian saya urungkan. Saya tahu saya bukan orang yang pandai menahan diri. Sekali saya mengikuti tantangan itu, bisa dipastikan saya akan oversharing hal-hal tidak penting yang sudah saya lakukan via twitter dan blog ini tentu saja πŸ˜…

Jadi, mari tetap bercerita di sini saja ya. 

Apa kabar tahun baru? Ada resolusi apa? Hahahaha. 

Entah, tahun ini saya tidak lagi sibuk membuat daftar panjang hal-hal yang harus saya capai. Saya ingat, bahkan untuk konsisten bangun pagi saja saya tidak mampu πŸ˜… Konsisten nge-treadmill saya pun tidak bisa. Lalu apa yang bisa saya capai? Yang ada saya malah cape menghukum diri sendiri πŸ˜…

Hidup masih begitu-begitu saja. Rencana yang dibuat, masih banyak yang tidak tercapai. Sekecil rencana pengen ke kampus saja tidak tercapai πŸ˜… Saya masih nggondokan, suami saya masih sabar menghadapi saya, anak semakin besar dna semakin pandai menasehati orang tuanya πŸ˜… Ya, hidup masih sesederhana itu. Sambil sesekali dibumbui ambisi yang habis dengan kata 'sudahlah' πŸ˜…

Ah ya, kemarin saya bimbingan. Jadwalnya adalah mengajukan model rencana penelitian. Saya propose 3 model. Jujur saya merasa promotor saya kurang tertarik dengan tema saya meskipun saya menganggapnya wow sekali. Model saya pun hanya dilihat sekilas, dan hanya 1 model yang mendapat masukan, yang sepertinya itu nanti yang akan saya lanjutkan.

Beberapa waktu saya mencoba mencerna, mengapa promotor saya tidak sebersemangat itu untuk mendukung saya. Kemudia saya sadar, beliau adalah sosok yang sudah malang melintang di dunia perkuliahan selama sekian puluh tahun. Beliau pasti paham, mana yang ongso-ongso, mana yang realistis, mana yang bisa dikerjakan, mana yang terlalu utopis. 

Kemudian saya ingat kalau saya pun pernah bilang ke mahasiswa bimbingan saya: Sudah, manut dosen pembimbing saja. Percaya saja sama dosen pembimbing. Dosen pembimbing lebih tahu. 

Pada akhirnya ya, saya kemakan omongan saya sendiri (lagi) πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜‚πŸ˜‚


.