Friday 29 January 2021

Berbelanja (dengan transaksi digital) untuk Negara

 

 



 

Selama bekerja dari rumah, saya sering merasa bersalah. Bagaimana tidak, kadang disela-sela menulis materi pembelajaran atau mengecek tugas mahasiswa, seringkali saya tidak mampu menolak keinginan jari jemari untuk scrolling ikon e-commerce yang ada di handphone.

Entah sudah berapa kali suami mengernyitkan dahi ketika tiba-tiba datang bapak-bapak sambil teriak, “Pakeeettt!”. Kalau sudah seperti itu biasanya saya akan beri senyum yang paling manis, kemudian membuat naskah pidato singkat menjelaskan betapa pentingnya barang yang barusan diantar oleh si Pak Paket. Ya tentu saja dengan harapan suami akan percaya alasan yang saya buat, walalupun saya yakin tidak -_-“

Tapi terlepas dari itu semua, saya pikir kita semua sepakat ya, bahwa sekarang belanja atau melakukan transaksi keuangan bisa semudah itu. Apalagi di masa pandemi, ketika kita harus serba membatasi kontak sosial seperti sekarang ini. Pengen makan, tinggal nyari makanan yang kita inginkan di aplikasi, bayar pakai uang digital, dan makanan sudah di antar depan rumah. Ingin upgrade setting rumah, tinggal cari referensi di Pinterest atau Instagram,  cari produk yang diinginkan, sesuaikan budget yang dimiliki, pesan, dan voila barang sudah sampai rumah. Semua serba mudah.

Hasil "Pak Paket" kemarin 😁 Meja baru buat WFH dari belanja online 😁


Transaksi Digital untuk Ekonomi Nasional

Kemudahan-kemudahan transaksi keuangan yang bisa kita rasakan sekarang, sebenarnya tidak lepas dari peran regulator yang memastikan bahwa ada kenyamanan dan keamanan dalam setiap transaksi digital yang kita lakukan. Misalnya implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 oleh Bank Indonesia, yang diimplementasikan lewat 3 cara, yaitu :  

1. Memperpanjang kebijakan merchant discount rate QRIS sebesar 0% untuk merchant usaha mikro sampai dengan 31 Maret 2021

2. Memperkuat dan memperluas implementasi elektronifikasi dan digitalisasi, baik di pusat maupun di daerah, bersinergi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah serta otoritas terkait melalui pembentukan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah

3. Mendorong inovasi dan pemanfaatan teknolgi serta kolaborasi perbanakan dengan fintech melalui percepatan implementasi Sandbox 2.0, antara lain melalui regulator sandbox, industrial test, innovation lab dan start up. 

Itulah kenapa beberapa media menyebutkan bahwa selama pandemi transaksi digital kita justru semakin meningkat. Bahkan, mengutip laporan Google dalam e-Conomy SEA tahun 2020, disebutkan Indonesia menjadi negara dengan nilai transaksi ekonomi digital tertinggi di Asia tenggara, yaitu sebesar US$ 44 milyar.

Penggunaan transaksi digital sendiri ternyata mampu meningkatkan perekonomian nasional lho.

Dari sisi konsumen, dengan transaksi digital, maka kita bisa memiliki akses terhadap produk yang lebih mudah dan beragam dengan harga yang kompetitif. Jadi kita bebas menyesuaikan pilihan kita berdasar kualitas, harga, ataupun bisa jadi referensi dari orang terdekat kita. Selain itu juga lebih hemat. Saya yakin, bukan hanya saya saja yang tidak ikhlas ketika belanja di mini market, kemudian kembalian yang entah itu 200 atau 500 perak dianggap tidak ada, karena uang kembaliannya tidak ada. Sebagai mamak-mamak hemat dan perhitungan, seringkali berpikir, “Ini saya orang ke-berapa ya yang hari ini harus meluangkan koinnya untuk si supermarket?”.  Nah, dengan transaksi digital, hal-hal macam ini bisa dihindari. Karena kalau kita melakukan transaksi digital, 1 rupiah pun akan tetap dihitung. Jadi mamak-mamak perhitungan kaya saya masih tetap untung 😁hehehe πŸ˜

Kemudian juga, menurut saya penggunaan transaksi digital juga justru membuat kita lebih aware terhadap kondisi keuangan kita. Yang artinya kita bisa menjadi lebih tidak impulsif. Karena apa, karena transaksi digital hanya bisa dilakukan secara digital ya, jadi kalau pas saldo kita kosong, ya mau tidak mau kita harus menghentikan keinginan berbelanja kita. Tapi tentu saja hal ini tergantung orangnya masing-masing, ya. Kalau saya, saya sudah menyediakan akun rekening khusus untuk belanja online dengan nominal yang sudah saya set. Ini membuat saya jauh lebih mudah untuk tahu diri dan tidak asal belanja πŸ˜ Pun adanya informasi transaksi sebenarnya memudahkan pencatatan juga. Sehingga pengeluaran akan lebih terkontrol.

Dari sisi produsen atau bisnis sendiri, dengan adanya transaksi digital, ternyata justru mampu menekan biaya operasional dan modal. Produsen sekarang tidak perlu lagi susah-susah mencari kembalian, kalau misalnya punya toko juga tidak perlu susah untuk meng-hire karyawan bagian kasir dan melakukan pencatatan keuangan, karena dengan adanya transaksi digital maka arus uang yang masuk pada perusahaan juga tercatat, sehingga terjadinya kesalahan pencatatan keuangan juga bisa diminimalisir.

Kemudian dari sisi pemerintah, penggunaan transaksi digital ternyata mampu mendorong transmisi kebijakan ekonomi dan meningkatkan kecepatan perputaran uang sehingga meningkatkan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Contoh gampangnya seperti penyaluran bansos atau bantuan sosial yang sekarang dilakukan lewat transfer ke rekening masing-masing penerima. Ini sebenarnya mempermudah semua pihak lho.

Saya masih ingat ketika saya SMA dulu dan menerima beasiswa (apa ya namanya, saya lupa) dan saya harus mengambil uang beasiswa tersebut di kecamatan. Jadi siswa 1 kecamatan yang dapat beasiswa dikumpulkan, kemudian dipanggil satu persatu untuk menerima amplop. Nah, siapa yang cape kalau kaya gini? Ya semua :’).

Nah, pola pemberian bantuan secara langsung (tidak melalui transaksi digital) ini kan artinya dana harus dikirim dari pusat, ke daerah, lalu ke perwakilan, lalu baru ke penerima. Butuh waktu berapa lama? Dan makan biaya berapa banyak kalau alurnya seperti ini? :’) Nah, dengan adanya transaksi digital ini kan artinya ada percepatan transmisi kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah langsung kepada si penerimanya.

Nah, karena kuliah sedang libur UAS, nilai sudah selesai diinput, maka mari kita coba lihat bagaimana pendapat para ahli mengenai penggunaan transaksi digital ini. Lumayan kan nambah bahan pidato untuk suami kalau Pak Paket datang lagi πŸ˜

Perkembangan Transaksi Digital Dunia dan Kontribusinya bagi Perekonomian Negara

bcg.com dalam salah satu artikelnya menyebutkan bahwa negara yang telah melakukan transformasi keuangan digital dengan pembayaran digital misalnya, ternyata mampu meningkatkan GDP hingga 3x lipat. Negara yang sukses menjadikan transaksi atau pembayaran digital sebagai pendorong utama perekonomiannnya antara lain Bangladesh. Bangladesh memiliki b’Kash yang memungkinkan masyarakat melakukan transfer melalui handphone, dan ternyata hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas keuangan inklusif di negara tersebut. Sebagai negara berkembang yang kondisi ekonominya belum merata, teknologi transaksi digital ini membantu masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap lembaga keuangan atau untuk melakukan transaksi keuangan. Jika sebelumnya untuk melakukan transaksi keuangan mereka harus ke pusat kota, yang bisa jadi jauh daritempat tinggal mereka, dengan adanya transaksi digital ini mereka tidak perlu bersusah payah karena mereka bisa melakukan transaksi keuangan dari rumah. Yang artinya, perputaran uang menjadi semakin merata dan meminimalisir biaya yang berlipat yang harus ditanggung oleh mereka yang tidak punya akses terhadap transaksi keuangan ini.

Sementara contoh dari negara maju ditunjukkan oleh Swedia dan Korea yang secara perlahan mengganti transaksi dengan uang cash menjadi transaksi digital. Di Swedia bahkan tercatat penggunaan uang cash hanya sebanyak 2% dari nilai pembayaran di tahun 2018. Hal ini berdampak besar pada maraknya pedagangan online serta berkurangnya fraud atau kecurangan akibat penggunaan uang cash.

 


 

 

Transaksi Manual dengan Uang Cash VS Transaksi Digital

Penggunaan uang cash sebagai alat transaksi keuangan memang masih merupakan pilihan utama, terutama di Indonesia. Hal ini disebabkan karena penggunaan uang cash diniliai lebih mudah, ada di mana-mana, masyarakat mempercayai nilainya, tidak memerlukan intermediasi dari pihak ketiga untuk menggunakannya, mudah diakses, dan reliabel. Namun demikian, ternyata penggunaan uang cash juga memiliki beberapa kelemahan. Diantaranya adalah munculnya biaya penanganan, biaya cetak, transportasi, serta munculnya biaya keamanan.

Secara tidak langsung memang biaya-biaya tersebut tidak dibebankan ke masyarakat. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa ketika kita mengambil uang lewat ATM atau mengirim uang lewat ATM, atau cek saldo lewat ATM misalnya, kita harus membayar biaya transfernya. Atau akan ada biaya administrasinya. Nah, biaya yang dibebankan kepada pengguna ATM tersebut adalah biaya-biaya yang muncul dari penggunaan uang cash yang telah saya sampaikan di atas. Jadi, di satu sisi justru penggunaan uang cash ini kalau kita lihat secara makro, malah menghambat perputaran uang terutama di kalangan menengah ke bawah.

Lalu bagaimana dengan transaksi digital?

Secara sederhana dengan menggunakan transaksi digital, sebenarnya kita justru lebih hemat. Tidak ada biaya penanganan seperti pada uang cash. Kemudian juga transaksi digital juga memungkinkan kita untuk tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar kemana-mana, yang artinya kita akan lebih aman, mudah dalam mengirim dan menerima uang, cepat, dan memudahkan pencatatan sehingga dalam konteks lebih besar pengunaan transaksi digital akan meminimalisir adanya fraud atau kecurangan.

.

Wah, ternyata jadi panjang ya, padahal awal mula saya hanya ingin cerita mengenai betapa mudahnya belanja dengan transaksi digital seperti sekarang ini πŸ˜ Tapi, dengan nulis ini tadi, sayapun akhirnya baca-baca dan jadi tahu juga, bahwa belanja dengan transaksi digital itu juga ternyata memberikan kontribusi lho, untuk peningkatan perekonomian negara.

(Saya jadi nemu ide pidato panjang untuk diberikan ke Pak Suami kalau Pak Paket datang lagi, hihihi πŸ˜)

 

Sumber :

Instagram Bank Indonesia : https://www.instagram.com/p/CJvbAi_BDkh/?utm_source=ig_web_copy_link

https://www.bcg.com/publications/2019/cashless-payments-help-economies-grow

The use of electronic money and its impact on monetary policy, https://www.econstor.eu/bitstream/10419/147460/1/86795244X.pdf

 https://ekonomi.bisnis.com/read/20201215/9/1331244/mantap-transaksi-ekonomi-digital-indonesia-diproyeksi-bisa-tembus-rp1748-t-di-2025

 

 

 

Tuesday 26 January 2021

Writing as Remedies





setiap orang punya remedi-nya masing-masing. setiap orang punya kecewanya masing-masing. 

hari ini saya kecewa sekali. dan menulis di sini adalah remedi atau penyembuh saya. 

kalau dipikir, entah berapa kali philosofay sudah menyelematkan saya dari banyak hal buruk yang terjadi pada saya. mulai tahun 2009 lalu, saat blog baru dikenal, saat saya sedang galau-galaunya.

nah, berhubung saya pengen move dari kebiasaan menggalau yang keterlaluan, kali ini saya pengen bicara sedikit tentang kenapa menulis bisa menjadi remedies

Fred McKinney (1976) menemukan bahwa menulis bebas merupakan metode yang bagus yang bisa digunakan oleh banyak mahasiswa untuk meredakan ketegangan selama perkuliahan, serta terbukti mampu memoderasi masa-masa kebingungan, terjadinya konflik, serta kecemasan. lebih lanjut, menulis bebas juga merupakan bagian dari konseling serta bagian dari katarsis diri (McKinney, 1976). 

Yak, berangkat dari sini, jadi ngga salah kan ya kalau saya bikin tesis bahwa menulis adalah media penyembuhan yang tepat 😊

Baik, mari kita cari bagaimana pendapat ahli lain.

Bacigalupe (1996) melakukan penelitian mengenai bagaimana menulis dengan orang lain (bukan menulis kepada atau menulis tentang sesuatu) juga merupakan bagian dari terapi dan konseling. dalam penelitian ini Bacigalupe (1996) menekankan bagaimana seorang terapi bisa menerapkan metode menulis dengan klien-nya sebagai upaya penyembuhan. kalau dari artikel yang saya baca (semoga saya tidak salah) kebanyak terapi menulis yang dilakukan psikiater (?) adalah dengan meminta kliennya untuk menulis tentang sesuatu, atau si terapis yang menulis sesuatu kepada kliennya (?). Nah, si Bacigalupe (1996) ini menemukan bahwa menulis bersama klien melibatkan sesuatu yang partisipatoris. dan beberapa contoh kasus menunjukkan bahwa menulis bersama merupakan terapi posmodern yang kolaboratif dan refleksif. 

Source terakhir yang saya ambil dari tema kali ini cukup menarik. Saya ambil penelitian yang dilakukan oleh Cooper (2014). Nah, ini penelitian terbaru kalau dibandingkan source yang saya gunakan sebelumnya.. ehheee.... Karena saya ingat sih, kalau sedang mbimbing skripsi atau nulis artikel, penggunaan source di atas 10 tahun dianggap sudah obsolete atau usang. berhubung ini nulis untuk blog, ya suka-suka saya lah πŸ˜πŸ˜†

balik ke sumber terakhir, si Pak Cooper (2014)

jadi si Pak Cooper (2014) ini menulis tentang hasil praktek dan studi yang dilakukannya lewat metode kualitatif dengan menggunakan kuesioner dan interview. studi yang dilakukan Pak Cooper (2014) ini mengeksplorasi penggunaan terapi menulis dalam occupational therapy (ini istilah psikologis nampaknya, dan saya ndak berani menterjemahkan karena takut ngga tepat ya) terhadap satu pasien perempuan yang sedang sakit mental (? - mohon maaf jika istilah saya kurang tepat) dan mengalami beberapa simptom depresi yang didiagnosis sebagai bagian dari schizophrenia. 

penggunaan menulis sebagai terapi dalam studi ini diterapkan lewat enam sesi intervensi terapi menulis untuk mengeksplorasi dan menumbuhkan self esteem. Hasil dari intervensi terapi menulis ini menunjukkan bahwa menulis memungkinkan terjadinya perubahan kognitif dan menyediakan banyak "wadah" yang bisa digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman hidup yang akan meningkatkan pemahaman mengenai peran diri dan identitas diri.

Mantappp Pak Cooper! πŸ‘πŸ‘ŒπŸ˜

Jadi, ya, sekali lagi, ndak salah berarti saya bikin tesis bahwa writing is a remedies. dia bisa menjadi mediasi, moderasi, atau alat utama untuk membuat wadah-wadah virtual yang membantu kita memilah-milah banyak peran dalam diri kita yang kadang tidak mampu kita lakukan hanya dengan merenung saja 😁

(Saya nulis gini kok berasa mantaaappp sekali πŸ˜‚)

Etapi tadi ketika saya nulis judul, perasaan saya jelek banget. tapi setelah menyelesaikan tulisan ini, perasaan saya jadi bahagia πŸ‘πŸ’–


Jadi, ayo tetap menulis! it makes you happy!πŸ’†


Reference :

McKinney, F. (1976). Free writing as therapy. Psychotherapy: Theory, Research & Practice, 13(2), 183–187. doi:10.1037/h0088335 

Cooper, P. (2014). Using Writing as Therapy: Finding Identity. British Journal of Occupational Therapy, 77(12), 619–622. doi:10.4276/030802214x14176260335345 

Bacigalupe, G. (1996). Writing in therapy: A participatory approach. Journal of Family Therapy18(4), 361-373.

Pic source : https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fi.ytimg.com%2Fvi%2FMDo7ilg9uH0%2Fmaxresdefault.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fwww.youtube.com%2Fwatch%3Fv%3DMDo7ilg9uH0&tbnid=hg7bRpg1t9FzrM&vet=12ahUKEwiuxN-Tk7vuAhWI3XMBHQfwC3cQMygAegQIARAy..i&docid=5BQI57UWXRgF_M&w=1280&h=720&itg=1&q=writing%20as%20remedies&hl=en&ved=2ahUKEwiuxN-Tk7vuAhWI3XMBHQfwC3cQMygAegQIARAy

Sunday 17 January 2021

IS S(HE) THE RIGHT PERSON? : CHOOSING THE RIGHT CELEBRITY ENDORSER

 


Apa itu celebrity endorser?

Shimp (2003:455) menjelaskan bahwa endorser adalah pendukung iklan atau biasa dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang diiklankan. Sedangkan selebriti adalah tokoh (aktor, penghibur atau atlet) yang dikenal karena prestasinya dalam bidang-bidang yang berbeda dari produk yang didukungnya (Shimp, 2003:460). Celebrity endorser adalah iklan yang menggunakan orang atau tokoh terkenal (public figure) dalam mendukung suatu iklan (Shimp, 2003:468). Selain itu, Kotler dan Keller (2009:519) menjelaskan bahwa celebrity endorser merupakan penggunaan narasumber (source) sebagai figur yang menarik atau populerr dalam iklan, hal tersebut merupakan cara yang cukup kreatif untuk menyampaikan pesan agar pesan yang disapaikan dapat memperoleh perhatian yang lebih tinggi serta dapat diingat.

 

Mengapa harus menggunakan celebrity endorser?

Jadi, sebelum bahas mengenai celebrity endorser, perlu dipahami bahwa ilmu pemasaran atau ilmu komunikasi adalah bagian dari ilmu behavioral, dimana kajian utamanya adalah  kajian perilaku, bisa perilaku pembelian, atau perilaku individu secara general. Nah, perilaku individu secara umum dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan lingkungan internalnya.

Lingkungan eksternal terdiri dari stimulus yang berada di luar diri individu, kondisi ekonomi, kondisi politik, teknologi, dan budaya. Sementara lingkungan internal dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri, seperti sikap, motivasi, persepsi, keprbadian, gaya hidup, pengetahuan, dan lainnya.

Dari beberapa faktor tsb, beberapa penelitian menunjukkan bahwa sikap adalah entitas penting yang mampu mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Sikap sendiri didefinisikan sebagai evaluasi positif atau negatif individu atas suatu objek (bisa berupa manusia, kondisi, situasi, apapun). Penelitian menunjukkan bahwa apabila individu memiliki sikap positif terhadap sesuatu, maka individu tsb akan menunjukkan perilaku yang sama. Demikian pula jika individu memiliki sikap negatif terhadap sesuatu, maka perilaku yang ditunjukkannya juga akan mendukung sikap tsb.

 

Nah, lalu di sini apa kaitan antara sikap dan celebrity endorser?

Jadi, seringkali banyak pihak (dan bukan  hanya pemasar) yang menggunakan bantuan pihak lain untuk mendorong 'target market'nya agar memiliki sikap dan perilaku sesuai dengan yang diinginkan si pihak tsb. Misal, seorang pemasar menginginkan target market-nya agar memiliki sikap positif atas produk yang dia tawarkan, sehingga nantinya si target market ini menunjukkan perilaku yang positif pula (pembelian terhadap produk tersebut).

Oleh karena itu, penggunaan celebrity endorser (CE), dipercaya (yang memang sudah sudah diverifikasi oleh beberapa penelitian) mampu meubah sikap bahkan perilaku kelompok target. Dengan kata lain, kelompok yang sebelumnya bersikap netral atau bahkan negatif terhadap produk tertentu, dengan adanya celebrity endorser ini diharapkan mampu berubah menjadi memiliki sikap dan perilaku yang positif. Namun, di sisi lain, penggunaan celebrity endorser  yang tidak tepat juga rentan menimbulkan perubahan sikap dari yang positif menjadi negatif. Dan dampak perubahan sikap ini juga akan signifikan terutama bagi pemasar, karena sikap merupakan salah satu determinan utama perilaku seseorang.

Berangkat dari peran penting celebrity endorser untuk bisa meubah sikap "target pasar", maka penting pula mengetahui, celebrirty endorser seperti apa yang bisa meubah sikap "target" itu tadi. Dalam hal ini tidak semua selebriti bisa menjadi celebrity endorser yang efektif, dan bukan berarti orang biasa tidak bisa menjadi celebrity endorser yang efektif.

Memilih Celebrity Endorser yang Tepat

Proses pemilihan celebrity endorser bisa didasarkan pada beberapa hal. Hal utama dalam pemilihan celebrity endorser supaya pesan yang ingin disampaikan efektif adalah, diadasarkan pada tujuan utama yang ingin dicapai oleh si pemasar. Terkait ini, kita bisa mengacu pada kerangka Kelman berikut ini ya :




1.       Jika menginginkan internalisasi informasi atau pesan (pesan diingat dan dipercaya sebagai pesan yang benar), maka pilihlah celebrity endorser yang memiliki kredibilitas tinggi. Seseorang dianggap kredibel ketika dia memiliki keahlian dan dipercaya oleh target market. Ketika marketer menggunakan celebrity endorser yang memiliki kredibilitas tinggi, maka target audience akan merasa bahwa pesan yang disampaikan adalah pesan yang benar dan bisa dipercaya.

2.       Jika menginginkan target audience untuk mengenali isu atau wacana tertentu, atau tertarik atas sesuatu yang baru, maka kita bisa memilih celebrity endorser yang memiliki tingkat kemenarikan (attractiveness)yang tinggi. Seseorang disebut menarik, tidak hanya dari tampilan fisiknya saja, namun juga dari gaya hidupnya, intelektualitasnya, kepribadiannya, dll. Penggunaan celebrity endorser yang memiliki tingkat attractiveness yang tinggi dapat memberikan “rasa suka, familiaritas (familiarity), serta perasaan memiliki sesuatu yang sama (similarity) dengan yang dimiliki oleh celebrity endorser. Hasil yang timbul dari penggunaan celebrity endorser yang memiliki tingkat kemenarikan yang tinggi adalah daya persuasinya, dimana target audience akan menganggap bahwa pesan yang disampaikan adalah merupakan isu yang menarik. Contoh, Adidas dan Nike memilih Jennifer Bachdim dan Andrea Dian sebagai endorser untuk menunjukkan gaya hidup sehat. 

3.       Jika menginginkan target audience mematuhi pesan yang dikirimkan pemasar, maka seorang marketer bisa memilih seseorang yang memiliki kuasa, atau memiliki kewenangan lebih dibanding target audience tersebut. Contoh, kampanye vaksinasi yang dilakukan Presiden.

Secara singkatnya, pemilihan celebrity endorser didasarkan pada hasil yang diinginkan, dapat dilakukan dengan pendekatan TEARS (trustworthy, expertise, attractiveness, respect, similarity)


Nah, lalu dengan kejadian yang sempat rame kemarin gimana?

https://www.liputan6.com/health/read/4456022/jokowi-hingga-raffi-ahmad-berikut-daftar-nama-penerima-vaksin-sinovac-pagi-ini

Kalau kita melihat dari perspektif komunikasi dan pemasaran seperti yang telah disampaikan di atas, tentu keberanian Pak Jokowi, Gubernur, serta pihak lain akan dianggap mampu membuat rakyat patuh dan mengikuti himbauan untuk divaksin.

Namun, pemilihan Raffi Ahmad dan “kelalaian” yang dilakukan paska menerima vaksin, memang tentu saja menimbulkan pertanyaan. Jadi, golongan siapa yang diwakili oleh Raffi Achmad dan rekan-rekan selebritas lainnya. Dan apakah itu akan efektif?

 Tentu saja itu adalah pertanyaan yang sulit dijawab. Kunci ilmu komunikasi adalah memahami komunikatornya, resipiennya, pesan yg disampaikan, lewat media apa, serta kemungkinan noise yg timbul saat pesan disampaikan. Concern thd hal inilah yg akan membuat komunikasi menjadi efektif. Sekarang, tinggal bagaimana pemerintah kita melihat "segmen masyarakat Indonesia" πŸ‘© Itulah yang menjadi salah satu landasan penggunaan celebrity endorser termasuk untuk mendukung program vaksinasi massal. 


PERTIMBANGAN LAIN DALAM MEMILIH CELEBRITY ENDORSER

Melengkapi pernyataan di atas, selain faktor yang telah disampaikan sebelumnya, ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam memilih celebrity endorser, yaitu :

1.       Kesesuaian celebrity endorser dan audiens

2.       Kesesuaian celebrity endorser dan merek

3.       Kredibilitas celebrity endorser

4.       Daya tarik celebrity endorser

5.       Pertimbangan biaya

6.       Faktor kemudahan atau kesulitan bekerja

7.       Faktor kejenuhan

8.       Faktor masalah

Sunday 10 January 2021

WFH dan worker fay (that looks like need) help! (tentu saja judul ini diperhalus)



hai. apa kabar?


saya pengen mengeluh lagi. hahaha πŸ˜† 

  • WFH susah ya. telat banget sih. tapi memang susah. menjadi produktif itu benar-benar berat. belum lagi distraksi dan konflik rumah tangga khas ibu rumah tangga (baca: saya) yang baru saja "menikmati" perannya sebagai ibu yang berada di rumah 24 jam. tbh, saya stress πŸ˜” 
  • WFH beneran bikin kantong bolong. hahahaha.. walaupun kalau dibandingkan dengan ngongkos kereta ekse pp sih, masih mending WFH juga sih.. πŸ˜…
  • Jadi, saya sudah beli entah apa saja. dan sekarang berencana bikin workspace di rumah sempit ini. berharap akan bisa menambah produktivitas dan sedikit menyehatkan punggung dan pinggang dan panggul. ngetik sambil duduk di kasur dan meja kecil ini sungguh tidak sehat lama-lama beneran. 
  • kapan hari saya juga nekat beli produknya the body shop. hahaha, buat orang macam saya, TBS itu macam produk sultan. tapi berhubung harga sedang diskon, yang walalupun di kantong saya juga muahal tetep, tapi alhamdulillah hasilnya nyataaaa.. kulit beneran kaya dikasi makanan sehat dan bergizi. hihi.. pan kapan saya mau review tentang perskincare-an duniawi ini.. 😁
  • WFH juga bikin kerjaan berantakan. ini saya saja sih. memang bener-bener gabisa atur waktu. banyak sekali distraksinya. hasilnya, sudahlah bener-bener saya berantakan sekali. dan mengatur mengembalikan semua ke tatanannya itu susah.. ada banyaaaaaakkk sekali PR dan tanggungan saya yang tidak saya kerjakan. kadang pengen marah ke diri sendiri. tapi kadang juga penegn bilang' "hey, you did well kok. bertahan ya!" kadang pengen ketemu orang lain, ngobrol, kemudia merasa bersemangat karena lihat orang lain bekerja, memakai pakaian kerja yang proper, ngobrolin kerjaan dengan proper, and other proper thing sebelum covid ini menyeranglah. anyway, bicara covid, jhu mah jahat ya.. :(
  • saya sedang diet. iyalah, BB selama WFH naik ga aturan. semua serba ga aturan pokoknya. saya sudah mencoba berbagai macam cara diet. mulai dari keto, mayo, apalah. nyatanya ya, berhasil sukses di awal, entar balik lagi, malah bounce back.. hedeeeehhh. akhirnya saya paksa diri saya "seolah" puasa. ya, tidak makan dan minum mulai subuh sampai maghrib. tbh, ini yang paling berhasil. ya iya sih, selama diet keto atau mayo mah, mana bisa saya ngalahin diri saya sendiri. yang ada, semua aturan perdietan dilanggar dan hasilnya ya tentu saja itu tadi. kalau (seolah) puasa gini kan, ya mau ga mau harus patuh sama aturan. ada yang bilang ini mirip intermitten fasting sih, tapi saya pun nerapi IF juga ngga kuat. kalo IF kan ada jendela jam tertentu yang tidak diperbolehkan makan, namun boleh minum. ya namanya juga saya, kalo udah tahu rasanya air ya pasti pengen nyicipin air lain macam kuah bakso, kuah soto, sama pentolnya, sama nasinya 😭😭 ya, saya lemah iman memang πŸ˜‘ oleh karena itu, memang bener ketika orang bilang, bahwa sebelum diet, kenalilah dirimu sendiri.. itu bener, bener banget

baik, meracaunya sudah. nanti lain kali semoga saya bisa postingan tentang :
  1. Rekomendasi tontonan toddler (udah ada di draft tapi males banget seleseinnya, hadehh πŸ˜‘)
  2. Review produk the body shop (yang manjurrrr bangettt dan skin care-an tak pernah semenyenangkan ini. hahaha.. saya harus share tentang ini nanti ya)
  3. Review diet IF abal-abal (3 bulan lagi, lets see. semoga saya masih konsisten dan siapa tau saya bisa share before after yang mana afternya jadi kaya JUng Hwa Jin si selir jahat tapi cantik di Mr. Queen 😜😝)
  4. Penampakan workspace sederhana dan biaya bikinnya dan yang paling penting apakah saya tambah males atau tambah produktif. semoga tambah produktif ya. karena sebenarnya ga ada orang yang tahan dengan kemalasan yang menahun kok..

yep, selalu jaga kesehatan ya semua. dan semoga kita selalu dianugerahi kesehatan seberapapun sumpeknya kita dengan WFH yang bikin hidup wow banget ini (baca: saya).



Love, 
F