Selama bekerja dari rumah, saya sering merasa bersalah. Bagaimana tidak,
kadang disela-sela menulis materi pembelajaran atau mengecek tugas mahasiswa,
seringkali saya tidak mampu menolak keinginan jari jemari untuk scrolling
ikon e-commerce yang ada di handphone.
Entah sudah berapa kali suami mengernyitkan dahi ketika tiba-tiba datang
bapak-bapak sambil teriak, “Pakeeettt!”. Kalau sudah seperti itu biasanya saya akan
beri senyum yang paling manis, kemudian membuat naskah pidato singkat menjelaskan
betapa pentingnya barang yang barusan diantar oleh si Pak Paket. Ya tentu saja
dengan harapan suami akan percaya alasan yang saya buat, walalupun saya yakin
tidak -_-“
Tapi terlepas dari itu semua, saya pikir kita semua sepakat ya, bahwa
sekarang belanja atau melakukan transaksi keuangan bisa semudah itu. Apalagi di
masa pandemi, ketika kita harus serba membatasi kontak sosial seperti sekarang ini.
Pengen makan, tinggal nyari makanan yang kita inginkan di aplikasi, bayar pakai
uang digital, dan makanan sudah di antar depan rumah. Ingin upgrade setting
rumah, tinggal cari referensi di Pinterest atau Instagram, cari produk yang diinginkan, sesuaikan budget
yang dimiliki, pesan, dan voila barang sudah sampai rumah. Semua serba
mudah.
Hasil "Pak Paket" kemarin π Meja baru buat WFH dari belanja online π |
Transaksi Digital untuk Ekonomi Nasional
Kemudahan-kemudahan transaksi keuangan yang bisa kita rasakan sekarang, sebenarnya tidak lepas dari peran regulator yang memastikan bahwa ada kenyamanan dan keamanan dalam setiap transaksi digital yang kita lakukan. Misalnya implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 oleh Bank Indonesia, yang diimplementasikan lewat 3 cara, yaitu :
1. Memperpanjang kebijakan merchant
discount rate QRIS sebesar 0% untuk merchant usaha mikro sampai
dengan 31 Maret 2021
2. Memperkuat dan memperluas
implementasi elektronifikasi dan digitalisasi, baik di pusat maupun di daerah,
bersinergi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah serta otoritas terkait melalui pembentukan
Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah
3. Mendorong inovasi dan pemanfaatan
teknolgi serta kolaborasi perbanakan dengan fintech melalui percepatan
implementasi Sandbox 2.0, antara lain melalui regulator sandbox,
industrial test, innovation lab dan start up.
Itulah kenapa beberapa
media menyebutkan bahwa selama pandemi transaksi digital kita justru semakin
meningkat. Bahkan, mengutip laporan Google dalam e-Conomy SEA tahun 2020,
disebutkan Indonesia menjadi negara dengan nilai transaksi ekonomi digital
tertinggi di Asia tenggara, yaitu sebesar US$ 44 milyar.
Penggunaan transaksi digital sendiri ternyata mampu meningkatkan
perekonomian nasional lho.
Dari sisi konsumen, dengan transaksi digital, maka kita bisa memiliki akses
terhadap produk yang lebih mudah dan beragam dengan harga yang kompetitif. Jadi
kita bebas menyesuaikan pilihan kita berdasar kualitas, harga, ataupun bisa
jadi referensi dari orang terdekat kita. Selain itu juga lebih hemat. Saya yakin,
bukan hanya saya saja yang tidak ikhlas ketika belanja di mini market, kemudian
kembalian yang entah itu 200 atau 500 perak dianggap tidak ada, karena uang
kembaliannya tidak ada. Sebagai mamak-mamak hemat dan perhitungan, seringkali
berpikir, “Ini saya orang ke-berapa ya yang hari ini harus meluangkan koinnya
untuk si supermarket?”. Nah, dengan
transaksi digital, hal-hal macam ini bisa dihindari. Karena kalau kita melakukan
transaksi digital, 1 rupiah pun akan tetap dihitung. Jadi mamak-mamak
perhitungan kaya saya masih tetap untung πhehehe
Kemudian juga, menurut saya penggunaan transaksi digital juga justru membuat kita lebih aware terhadap kondisi keuangan kita. Yang artinya kita bisa menjadi lebih tidak impulsif. Karena apa, karena transaksi digital hanya bisa dilakukan secara digital ya, jadi kalau pas saldo kita kosong, ya mau tidak mau kita harus menghentikan keinginan berbelanja kita. Tapi tentu saja hal ini tergantung orangnya masing-masing, ya. Kalau saya, saya sudah menyediakan akun rekening khusus untuk belanja online dengan nominal yang sudah saya set. Ini membuat saya jauh lebih mudah untuk tahu diri dan tidak asal belanja π Pun adanya informasi transaksi sebenarnya memudahkan pencatatan juga. Sehingga pengeluaran akan lebih terkontrol.
Dari sisi produsen atau bisnis sendiri, dengan adanya transaksi digital,
ternyata justru mampu menekan biaya operasional dan modal. Produsen sekarang
tidak perlu lagi susah-susah mencari kembalian, kalau misalnya punya toko juga
tidak perlu susah untuk meng-hire karyawan bagian kasir dan melakukan
pencatatan keuangan, karena dengan adanya transaksi digital maka arus uang yang
masuk pada perusahaan juga tercatat, sehingga terjadinya kesalahan pencatatan
keuangan juga bisa diminimalisir.
Kemudian dari sisi pemerintah, penggunaan transaksi digital ternyata mampu
mendorong transmisi kebijakan ekonomi dan meningkatkan kecepatan perputaran uang
sehingga meningkatkan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Contoh gampangnya
seperti penyaluran bansos atau bantuan sosial yang sekarang dilakukan lewat
transfer ke rekening masing-masing penerima. Ini sebenarnya mempermudah semua
pihak lho.
Saya masih ingat ketika saya SMA dulu dan menerima beasiswa (apa ya namanya,
saya lupa) dan saya harus mengambil uang beasiswa tersebut di kecamatan. Jadi siswa
1 kecamatan yang dapat beasiswa dikumpulkan, kemudian dipanggil satu persatu
untuk menerima amplop. Nah, siapa yang cape kalau kaya gini? Ya semua :’).
Nah, pola pemberian bantuan secara langsung (tidak melalui transaksi
digital) ini kan artinya dana harus dikirim dari pusat, ke daerah, lalu ke
perwakilan, lalu baru ke penerima. Butuh waktu berapa lama? Dan makan biaya
berapa banyak kalau alurnya seperti ini? :’) Nah, dengan adanya transaksi
digital ini kan artinya ada percepatan transmisi kebijakan ekonomi yang
dilakukan pemerintah langsung kepada si penerimanya.
Nah, karena kuliah sedang libur UAS, nilai sudah selesai diinput, maka mari
kita coba lihat bagaimana pendapat para ahli mengenai penggunaan transaksi
digital ini. Lumayan kan nambah bahan pidato untuk suami kalau Pak Paket datang
lagi
Perkembangan Transaksi Digital Dunia dan Kontribusinya
bagi Perekonomian Negara
bcg.com dalam salah satu artikelnya menyebutkan bahwa negara yang telah melakukan
transformasi keuangan digital dengan pembayaran digital misalnya, ternyata
mampu meningkatkan GDP hingga 3x lipat. Negara yang sukses menjadikan transaksi
atau pembayaran digital sebagai pendorong utama perekonomiannnya antara lain
Bangladesh. Bangladesh memiliki b’Kash yang memungkinkan masyarakat melakukan transfer
melalui handphone, dan ternyata hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi
dan memperluas keuangan inklusif di negara tersebut. Sebagai negara berkembang
yang kondisi ekonominya belum merata, teknologi transaksi digital ini membantu
masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap lembaga keuangan atau
untuk melakukan transaksi keuangan. Jika sebelumnya untuk melakukan transaksi
keuangan mereka harus ke pusat kota, yang bisa jadi jauh daritempat tinggal
mereka, dengan adanya transaksi digital ini mereka tidak perlu bersusah payah
karena mereka bisa melakukan transaksi keuangan dari rumah. Yang artinya,
perputaran uang menjadi semakin merata dan meminimalisir biaya yang berlipat
yang harus ditanggung oleh mereka yang tidak punya akses terhadap transaksi keuangan
ini.
Sementara contoh dari negara maju ditunjukkan oleh Swedia dan Korea yang
secara perlahan mengganti transaksi dengan uang cash menjadi transaksi
digital. Di Swedia bahkan tercatat penggunaan uang cash hanya sebanyak 2% dari
nilai pembayaran di tahun 2018. Hal ini berdampak besar pada maraknya
pedagangan online serta berkurangnya fraud atau kecurangan akibat
penggunaan uang cash.
Transaksi Manual dengan Uang Cash VS Transaksi Digital
Penggunaan uang cash sebagai alat transaksi keuangan memang masih
merupakan pilihan utama, terutama di Indonesia. Hal ini disebabkan karena
penggunaan uang cash diniliai lebih mudah, ada di mana-mana, masyarakat
mempercayai nilainya, tidak memerlukan intermediasi dari pihak ketiga untuk
menggunakannya, mudah diakses, dan reliabel. Namun demikian, ternyata
penggunaan uang cash juga memiliki beberapa kelemahan. Diantaranya adalah
munculnya biaya penanganan, biaya cetak, transportasi, serta munculnya biaya
keamanan.
Secara tidak langsung memang biaya-biaya tersebut tidak dibebankan ke
masyarakat. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa ketika kita mengambil uang
lewat ATM atau mengirim uang lewat ATM, atau cek saldo lewat ATM misalnya, kita
harus membayar biaya transfernya. Atau akan ada biaya administrasinya. Nah,
biaya yang dibebankan kepada pengguna ATM tersebut adalah biaya-biaya yang
muncul dari penggunaan uang cash yang telah saya sampaikan di atas. Jadi, di
satu sisi justru penggunaan uang cash ini kalau kita lihat secara makro, malah
menghambat perputaran uang terutama di kalangan menengah ke bawah.
Lalu bagaimana dengan transaksi digital?
Secara sederhana dengan menggunakan transaksi digital, sebenarnya kita
justru lebih hemat. Tidak ada biaya penanganan seperti pada uang cash. Kemudian
juga transaksi digital juga memungkinkan kita untuk tidak perlu membawa uang
dalam jumlah besar kemana-mana, yang artinya kita akan lebih aman, mudah dalam
mengirim dan menerima uang, cepat, dan memudahkan pencatatan sehingga dalam
konteks lebih besar pengunaan transaksi digital akan meminimalisir adanya fraud
atau kecurangan.
.
Wah, ternyata jadi panjang ya, padahal awal mula saya hanya ingin cerita mengenai betapa mudahnya belanja dengan transaksi digital seperti sekarang ini π Tapi, dengan nulis ini tadi, sayapun akhirnya baca-baca dan jadi tahu juga, bahwa belanja dengan transaksi digital itu juga ternyata memberikan kontribusi lho, untuk peningkatan perekonomian negara.
(Saya jadi nemu ide pidato panjang untuk diberikan ke Pak Suami kalau Pak Paket datang lagi, hihihi π)
Sumber :
Instagram Bank Indonesia : https://www.instagram.com/p/CJvbAi_BDkh/?utm_source=ig_web_copy_link
https://www.bcg.com/publications/2019/cashless-payments-help-economies-grow
The use of electronic money and
its impact on monetary policy, https://www.econstor.eu/bitstream/10419/147460/1/86795244X.pdf
0 comments:
Post a Comment