Friday 29 January 2021

Berbelanja (dengan transaksi digital) untuk Negara

 

 



 

Selama bekerja dari rumah, saya sering merasa bersalah. Bagaimana tidak, kadang disela-sela menulis materi pembelajaran atau mengecek tugas mahasiswa, seringkali saya tidak mampu menolak keinginan jari jemari untuk scrolling ikon e-commerce yang ada di handphone.

Entah sudah berapa kali suami mengernyitkan dahi ketika tiba-tiba datang bapak-bapak sambil teriak, “Pakeeettt!”. Kalau sudah seperti itu biasanya saya akan beri senyum yang paling manis, kemudian membuat naskah pidato singkat menjelaskan betapa pentingnya barang yang barusan diantar oleh si Pak Paket. Ya tentu saja dengan harapan suami akan percaya alasan yang saya buat, walalupun saya yakin tidak -_-“

Tapi terlepas dari itu semua, saya pikir kita semua sepakat ya, bahwa sekarang belanja atau melakukan transaksi keuangan bisa semudah itu. Apalagi di masa pandemi, ketika kita harus serba membatasi kontak sosial seperti sekarang ini. Pengen makan, tinggal nyari makanan yang kita inginkan di aplikasi, bayar pakai uang digital, dan makanan sudah di antar depan rumah. Ingin upgrade setting rumah, tinggal cari referensi di Pinterest atau Instagram,  cari produk yang diinginkan, sesuaikan budget yang dimiliki, pesan, dan voila barang sudah sampai rumah. Semua serba mudah.

Hasil "Pak Paket" kemarin 😁 Meja baru buat WFH dari belanja online 😁


Transaksi Digital untuk Ekonomi Nasional

Kemudahan-kemudahan transaksi keuangan yang bisa kita rasakan sekarang, sebenarnya tidak lepas dari peran regulator yang memastikan bahwa ada kenyamanan dan keamanan dalam setiap transaksi digital yang kita lakukan. Misalnya implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 oleh Bank Indonesia, yang diimplementasikan lewat 3 cara, yaitu :  

1. Memperpanjang kebijakan merchant discount rate QRIS sebesar 0% untuk merchant usaha mikro sampai dengan 31 Maret 2021

2. Memperkuat dan memperluas implementasi elektronifikasi dan digitalisasi, baik di pusat maupun di daerah, bersinergi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah serta otoritas terkait melalui pembentukan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah

3. Mendorong inovasi dan pemanfaatan teknolgi serta kolaborasi perbanakan dengan fintech melalui percepatan implementasi Sandbox 2.0, antara lain melalui regulator sandbox, industrial test, innovation lab dan start up. 

Itulah kenapa beberapa media menyebutkan bahwa selama pandemi transaksi digital kita justru semakin meningkat. Bahkan, mengutip laporan Google dalam e-Conomy SEA tahun 2020, disebutkan Indonesia menjadi negara dengan nilai transaksi ekonomi digital tertinggi di Asia tenggara, yaitu sebesar US$ 44 milyar.

Penggunaan transaksi digital sendiri ternyata mampu meningkatkan perekonomian nasional lho.

Dari sisi konsumen, dengan transaksi digital, maka kita bisa memiliki akses terhadap produk yang lebih mudah dan beragam dengan harga yang kompetitif. Jadi kita bebas menyesuaikan pilihan kita berdasar kualitas, harga, ataupun bisa jadi referensi dari orang terdekat kita. Selain itu juga lebih hemat. Saya yakin, bukan hanya saya saja yang tidak ikhlas ketika belanja di mini market, kemudian kembalian yang entah itu 200 atau 500 perak dianggap tidak ada, karena uang kembaliannya tidak ada. Sebagai mamak-mamak hemat dan perhitungan, seringkali berpikir, “Ini saya orang ke-berapa ya yang hari ini harus meluangkan koinnya untuk si supermarket?”.  Nah, dengan transaksi digital, hal-hal macam ini bisa dihindari. Karena kalau kita melakukan transaksi digital, 1 rupiah pun akan tetap dihitung. Jadi mamak-mamak perhitungan kaya saya masih tetap untung 😁hehehe πŸ˜

Kemudian juga, menurut saya penggunaan transaksi digital juga justru membuat kita lebih aware terhadap kondisi keuangan kita. Yang artinya kita bisa menjadi lebih tidak impulsif. Karena apa, karena transaksi digital hanya bisa dilakukan secara digital ya, jadi kalau pas saldo kita kosong, ya mau tidak mau kita harus menghentikan keinginan berbelanja kita. Tapi tentu saja hal ini tergantung orangnya masing-masing, ya. Kalau saya, saya sudah menyediakan akun rekening khusus untuk belanja online dengan nominal yang sudah saya set. Ini membuat saya jauh lebih mudah untuk tahu diri dan tidak asal belanja πŸ˜ Pun adanya informasi transaksi sebenarnya memudahkan pencatatan juga. Sehingga pengeluaran akan lebih terkontrol.

Dari sisi produsen atau bisnis sendiri, dengan adanya transaksi digital, ternyata justru mampu menekan biaya operasional dan modal. Produsen sekarang tidak perlu lagi susah-susah mencari kembalian, kalau misalnya punya toko juga tidak perlu susah untuk meng-hire karyawan bagian kasir dan melakukan pencatatan keuangan, karena dengan adanya transaksi digital maka arus uang yang masuk pada perusahaan juga tercatat, sehingga terjadinya kesalahan pencatatan keuangan juga bisa diminimalisir.

Kemudian dari sisi pemerintah, penggunaan transaksi digital ternyata mampu mendorong transmisi kebijakan ekonomi dan meningkatkan kecepatan perputaran uang sehingga meningkatkan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Contoh gampangnya seperti penyaluran bansos atau bantuan sosial yang sekarang dilakukan lewat transfer ke rekening masing-masing penerima. Ini sebenarnya mempermudah semua pihak lho.

Saya masih ingat ketika saya SMA dulu dan menerima beasiswa (apa ya namanya, saya lupa) dan saya harus mengambil uang beasiswa tersebut di kecamatan. Jadi siswa 1 kecamatan yang dapat beasiswa dikumpulkan, kemudian dipanggil satu persatu untuk menerima amplop. Nah, siapa yang cape kalau kaya gini? Ya semua :’).

Nah, pola pemberian bantuan secara langsung (tidak melalui transaksi digital) ini kan artinya dana harus dikirim dari pusat, ke daerah, lalu ke perwakilan, lalu baru ke penerima. Butuh waktu berapa lama? Dan makan biaya berapa banyak kalau alurnya seperti ini? :’) Nah, dengan adanya transaksi digital ini kan artinya ada percepatan transmisi kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah langsung kepada si penerimanya.

Nah, karena kuliah sedang libur UAS, nilai sudah selesai diinput, maka mari kita coba lihat bagaimana pendapat para ahli mengenai penggunaan transaksi digital ini. Lumayan kan nambah bahan pidato untuk suami kalau Pak Paket datang lagi πŸ˜

Perkembangan Transaksi Digital Dunia dan Kontribusinya bagi Perekonomian Negara

bcg.com dalam salah satu artikelnya menyebutkan bahwa negara yang telah melakukan transformasi keuangan digital dengan pembayaran digital misalnya, ternyata mampu meningkatkan GDP hingga 3x lipat. Negara yang sukses menjadikan transaksi atau pembayaran digital sebagai pendorong utama perekonomiannnya antara lain Bangladesh. Bangladesh memiliki b’Kash yang memungkinkan masyarakat melakukan transfer melalui handphone, dan ternyata hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas keuangan inklusif di negara tersebut. Sebagai negara berkembang yang kondisi ekonominya belum merata, teknologi transaksi digital ini membantu masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap lembaga keuangan atau untuk melakukan transaksi keuangan. Jika sebelumnya untuk melakukan transaksi keuangan mereka harus ke pusat kota, yang bisa jadi jauh daritempat tinggal mereka, dengan adanya transaksi digital ini mereka tidak perlu bersusah payah karena mereka bisa melakukan transaksi keuangan dari rumah. Yang artinya, perputaran uang menjadi semakin merata dan meminimalisir biaya yang berlipat yang harus ditanggung oleh mereka yang tidak punya akses terhadap transaksi keuangan ini.

Sementara contoh dari negara maju ditunjukkan oleh Swedia dan Korea yang secara perlahan mengganti transaksi dengan uang cash menjadi transaksi digital. Di Swedia bahkan tercatat penggunaan uang cash hanya sebanyak 2% dari nilai pembayaran di tahun 2018. Hal ini berdampak besar pada maraknya pedagangan online serta berkurangnya fraud atau kecurangan akibat penggunaan uang cash.

 


 

 

Transaksi Manual dengan Uang Cash VS Transaksi Digital

Penggunaan uang cash sebagai alat transaksi keuangan memang masih merupakan pilihan utama, terutama di Indonesia. Hal ini disebabkan karena penggunaan uang cash diniliai lebih mudah, ada di mana-mana, masyarakat mempercayai nilainya, tidak memerlukan intermediasi dari pihak ketiga untuk menggunakannya, mudah diakses, dan reliabel. Namun demikian, ternyata penggunaan uang cash juga memiliki beberapa kelemahan. Diantaranya adalah munculnya biaya penanganan, biaya cetak, transportasi, serta munculnya biaya keamanan.

Secara tidak langsung memang biaya-biaya tersebut tidak dibebankan ke masyarakat. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa ketika kita mengambil uang lewat ATM atau mengirim uang lewat ATM, atau cek saldo lewat ATM misalnya, kita harus membayar biaya transfernya. Atau akan ada biaya administrasinya. Nah, biaya yang dibebankan kepada pengguna ATM tersebut adalah biaya-biaya yang muncul dari penggunaan uang cash yang telah saya sampaikan di atas. Jadi, di satu sisi justru penggunaan uang cash ini kalau kita lihat secara makro, malah menghambat perputaran uang terutama di kalangan menengah ke bawah.

Lalu bagaimana dengan transaksi digital?

Secara sederhana dengan menggunakan transaksi digital, sebenarnya kita justru lebih hemat. Tidak ada biaya penanganan seperti pada uang cash. Kemudian juga transaksi digital juga memungkinkan kita untuk tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar kemana-mana, yang artinya kita akan lebih aman, mudah dalam mengirim dan menerima uang, cepat, dan memudahkan pencatatan sehingga dalam konteks lebih besar pengunaan transaksi digital akan meminimalisir adanya fraud atau kecurangan.

.

Wah, ternyata jadi panjang ya, padahal awal mula saya hanya ingin cerita mengenai betapa mudahnya belanja dengan transaksi digital seperti sekarang ini πŸ˜ Tapi, dengan nulis ini tadi, sayapun akhirnya baca-baca dan jadi tahu juga, bahwa belanja dengan transaksi digital itu juga ternyata memberikan kontribusi lho, untuk peningkatan perekonomian negara.

(Saya jadi nemu ide pidato panjang untuk diberikan ke Pak Suami kalau Pak Paket datang lagi, hihihi πŸ˜)

 

Sumber :

Instagram Bank Indonesia : https://www.instagram.com/p/CJvbAi_BDkh/?utm_source=ig_web_copy_link

https://www.bcg.com/publications/2019/cashless-payments-help-economies-grow

The use of electronic money and its impact on monetary policy, https://www.econstor.eu/bitstream/10419/147460/1/86795244X.pdf

 https://ekonomi.bisnis.com/read/20201215/9/1331244/mantap-transaksi-ekonomi-digital-indonesia-diproyeksi-bisa-tembus-rp1748-t-di-2025

 

 

 

0 comments:

Post a Comment