Wednesday, 23 November 2022
Monday, 21 November 2022
Cool Kid
Wednesday, 9 November 2022
switch
sebelum mulai mengerjakan review, saya ingin bercerita.
bagaimana menjadi perfeksionis di mata saya?
gampangnya begini. setiap pagi saya terbiasa minum good day capuccino panas. maka ketika pagi datang, dan ternyata stock good day saya habis, maka saya akan menyalahkan diri saya seharian. dan seluruh hal buruk yang terjadi hari itu adalah gara-gara saya tidak aware kalau stock good day saya habis, sehingga saya melewatkan satu event penting dalam hidup saya.
atau, begini. saya merasa bahwa saya bisa dan pandai sekali di mata kuliah A. tapi ketika dosen bertanya, dan kebetulan saya tidak bisa menjawab atau ternyata pernyataan yang saya berikan tidak tepat, maka saya akan mengutuk diri saya sendiri tidak ada habisnya.
cape ngga hidup kaya gitu?
sekarang cape. cape sekali. tapi dulu tidak.
dulu sebelum menikah, saya bergantung dan berlindung pada keteraturan. saya menemukan kedamaian dan rasa tenang juga rasa aman dari keteraturan.
saya akan bangun jam sekian, mandi sekian menit, berangkat pukul sekian, sampai kantor pukul sekian, nanti makan apa, pulang kantor mau ngapain aja. itu semua sudah tertulis di kepala saya, dan harus sesuai. maka, untuk membuatnya sesuai pun, sebenarnya saya menjadi perempuan yang tidak seperti di sosmed-sosmed itu. motor saya adalah motor paling enak di dunia (terlepas dari banyak cedera berat karena saya sering jatuh). saya tidak pernah bolos sekalipun tiap bulan untuk servis rutin, v-belt rutin diganti tiap 24.000 km tepat atau paling tidak 2 tahun sekali harus ganti, ban kalau terasa kempes harus segera diisi angin, bensin tidak boleh kosong. ya, itu contoh kecil saya mempersiapkan semuanya, supaya saya tidak telat masuk kantor. karena kalau sampai saya telat masuk kantor, hari saya bisa buruk karena rencana saya berantakan. dan banyak persiapan-persiapan kecil serta keajegan-keajegan yang saya ciptakan supaya dunia saya berjalan lurus. saya tidak suka goncangan, btw.
lalu setelah menikah dan punya anak?
dunia saya berubah jadi wkwkwkwland ððððð
pengetahuan menjadi ibu yang minim membuat saya mendasarkan hidup saya pada apa yang terlihat di sosial media. contohnya begini, pumping itu normalnya sekali pump minimal, minimal banget ini ya, dapet 50 ml. rata-rata ibu, bisa dapet hingga 150-250 ml. lalu apa yang terjadi pada saya? yha! sekali pumping saya hanya bisa dapet 25 ml-an. paling banyak 50 ml. pernah sampai 100 ml tapi itu cuma beberapa kali saja.
bisa ditebak kan saya bagaimana dengan kondisi seperti itu?
belum lagi ngadepin anak yang picky eaters, yang hanya mau makan itu-itu saja, yang tiap kali saya masak ya ujung-ujungnya mbuang, padahal masak artinya saya sudah menghabiskan sekian jam untuk melakukannya. dan itu sia-sia.
btw itu cuman 2 contoh kecil. contoh lainnya, buanyaaakkkk ððððð
sampai sini saya menghela nafas panjang sekali. hahahaha
ya itulah yang membuat saya benar-benar berubah beberapa tahun belakangan. ada banyak hal yang benar-benar di luar kendali saya dan saya mati-matian berusaha berdamai dengannya :)
alhamdulillah saya masih bisa sampai di sini :)
lalu kemarin, setelah pelan-pelan saya bisa melepaskan diri dari banyak 'harusnya' dan'keharusan' dalam hidup, saya mulai bisa sedikit-sedikit menjadi agak selo. saya mulai ingin menikmati hidup dan mensyukuri banyak hal yang ada di hidup saya sekarang. benar-benar mensyukurinya dan make the most of it.
jadi ceritanya kemarin saya berkunjung ke satu-satunya mall di kota ini. membeli makanan favorit anak saya karena saya ngga masak (saya sedang malas masak dan pengen mengerjakan review saja kemarin). lalu ketika menunggu pesanan saya dibuatkan, saya melihat beberapa ibu-ibu pns sedang makan siang di tempat yang sama. entah, tapi saya melihat mereka begitu ayem nampaknya. sekelebat saya kepikiran, apa saya nanti resign saja ya, nyari kerja di kota ini saja. saya memang sudah terlanjur emoh pindah dari kota ini.
tapi kemudian tadi pagi saya mikir, alih-alih kepingin pindah kerja (yang itu masih bisa dipikirkan nanti), kenapa saya ngga menikmati waktu saya yang sekarang ya? toh saya juga bisa kok makan siang kapanpun saya mau, dan dimanapun itu. selepas makan siang njemput anak, atau bisa ngajak makan siang anak bareng. toh gaji ya masih dapat, beasiswa juga lancar, hahaha.
ya, kenapa saya terlalu banyak mikir nanti-nanti? kenapa ngga saya manfaatkan saja apa yang saya punya sekarang tapi dengan catatan ngga terlalu ngoyo (walaupun kayaknya ngga terlalu ngoyo itu juga masih PR berat untuk saya. saya ndak suka kalau ngga ngoyo. hahaha).
jujur ini adalah pemikiran baru dalam benak seorang perfeksionis seperti saya. ya sudah, nikmati saja saat ini. jalani saja yang ada sekarang. usaha ya usaha, tapi jangan terlalu mematok hasil. sudah dijalani saja. kalau gagal ya ngga papa. kita cari penghiburan lain nanti. ngga usah terlalu terpaku pada jadwal dan list-list panjang yang membebani hidup. tapi ya kalau pas pengen bikin list panjang, ya bikin aja sih. kalau pas pengen ngoyo, ya ngoyo aja sih. kalau pas pengen selo, ya sudah santai saja sih. sekolah ya sekolah aja, dinikmati sebisanya masa 'cuti puanjang' ini. di enak-enakin ngemall sendirian sambil buang-buang duit (hahahaha), dinikmati jalan-jalan sendiri di kota ini, dinikmati berdua sama Fafa tanpa kerjaan di tangan, dinikmati mainan berdua, cerita-cerita yang banyak, makan bareng, atau apapun itu :)
ya, saya sedang berusaha untuk bisa switch seperti itu. entah ini baik atau tidak, saya tidak tahu. kita coba saja.
Monday, 7 November 2022
Chasing Pavements
jadi, setelah om warm komentar di Twitter, saya jadi flash back dengan apa saja yang saya tulis. hahaha. dan ternyata semua tidak jauh-jauh dari upaya saya menghadapi post partum depression yang naudzubillah panjangnya.
somehow, setelah saya runut, mungkin penyebabnya adalah memang saya orang yang sangat perfeksionis sebenarnya. bukan perfeksionis in a common way, tapi saya perfeksionis dengan skenario yang sudah dan selalu saya rancang dalam kepala saya. beberapa tahun belakangan memang ada banyak sekali skenario yang tidak sesuai. saya menganggap dunia di luar saya (dunia instagram, dunia twitter, dunia tempat saya bekerja, dunia yang ditunjukkan orang-orang dalam story WA-nya), semua yang indah, adalah sesuatu yang normal. yang jika orang lain bisa melakukannya, maka saya pun demikian. maka, seringlah saya membuat target-target tidak realistis, menetapkan batasan-batasan absurd, yang seolah saya harus dan selalu harus mencapainya. karena itu saya kelelahan. karena itu saya terus merasa kurang dan depressed. bahkan saat saya sudah mendapat beasiswa S3 pun (Sesuatu yang menjadi impian tidak masuk akal saya). saya merasa saya harus menjadi mahasiswa paling pintar, paling cerdas, mendapatkan A di semua mata kuliah, bisa menjawab pertanyaan dosen, mengerjakan tugas dengan baik, bisa publish Scopus Q1. padahal kenyataannya, ya ternyata saya tidak berhasil mewujudkan itu semua.
saya ingat, saya lelah sekali saat itu. lalu entah kekuatan dari mana (ini butuh kekuatan yang sangat besar), saya akhirnya menyadari kalau hidup ngga perlu se-ngoyo itu. sudahlah. sesekali biarkan hidup berjalan tanpa rencana. sesekali nikmati saja menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja, sesekali tidak mengerjakan tugas pun tak apa, sesekali lebih concern dengan Fafa, sesekali merasa bahagia dengan badan yang semakin besar, toh dulu juga sudah pernah langsing.
setelah itu, lalu perlahan saya mulai sedikit 'sembuh'.
saya memutuskan untuk membeli sepatu baru yang nyaman, yang saya merasa saya nampak nyaman ketika memakainya. saya memutuskan membeli baju yang lebih besar, yang saya merasa saya nampak nyaman memakainya. saya singkirkan baju kecil yang membuat perasaan saya buruk, dan saya tidak mau memakainya lagi. saya pun sudah tidak seberapa peduli dengan nilai yang saya dapat, toh yang paling penting dana beasiswa lancar hahaha.
lalu saya mulai berani keluar rumah, berani ke kampus, berani menghadapi omongan orang yang bilang. "kamu gendutan, ya?" ya saya masih memikirkan omongan macam itu tentu saja, tapi sudah tidak terlalu saya ambil hati. sudahlah. apa yang saya alami ini wajar kok. apalagi saya kan memang sedang mengalami satu perubahan hidup yang cukup drastis.
dan hari ini sebenarnya saya kemari karena saya ingin curhat. hahaha.
mengerjakan disertasi itu berat ya? ððððð
saya membaca ratusan artikel, dan semakin saya baca semakin saya tidak percaya saya bisa melakukannya. saya rasanya sampai pada titik dimana saya ingin menyerah. nyari topik baru. yang artinya saya harus baca ribuan artikel baru. hahaha. mata apa kabar, dah?
sungguh saya pusing sekali menghadapi topik-topik ini. tapi ya, ini sesuatu yang harus saya hadapi dan saya perjuangkan.
nanti lah, saya ingin cerita panjang lebar tentang proses disertasi ini. bagaimana saya menahan mual tiap hari, dan bagaimana saya bertahan dengan mata yang sudah semakin renta karena kebanyakan melihat layar ini.
anyway, ini bonus lagu-nya Adelle. Chasing pavement. Lagu ini menggambarkan suasana hati saya saat ini.
"Chasing Pavements"
Don't need to think it over
If I'm wrong, I am right
Don't need to look no further
This ain't lust
I know this is love
But if I tell the world
I'll never say enough
'Cause it was not said to you
And that's exactly what I need to do
If I end up with you
Should I give up?
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere?
Or would it be a waste
Even if I knew my place?
Should I leave it there?
Should I give up?
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere?
I build myself up
And fly around in circles
Waitin' as my heart drops
And my back begins to tingle
Finally, could this be it
Or should I give up?
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere?
Or would it be a waste
Even if I knew my place?
Should I leave it there?
Should I give up?
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere?
Should I give up?
Or should I just keep on chasin' pavements
Even if it leads nowhere?
Or would it be a waste
Even if I knew my place?
Should I leave it there?
Should I give up?
Or should I just keep on chasin' pavements?
Should I just keep on chasin' pavements?
Ohh oh
Should I give up?
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere?
Or would it be a waste
Even if I knew my place?
Should I leave it there?
Should I give up?
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere?