Jadi ini kali kedua saya nangis saat kehamilan ini. Tangisan pertama adalah ketika saya mengingat proses pemeriksaan oleh seorang obgyn beberapa waktu lalu. Ya, saya benci obgyn itu dan memutuskan untuk tidak periksa lagi ke dia meskipun saya tahu dia dokter yang bagus. Tapi empatinya kosong.
Tangisan kedua hari ini. Mungkin karena saya sudah menahannya dalam waktu lama, sehingga kali ini saya menangis agak nemen 🥺
Kampus mengkonfirmasi di grup bahwa saya adalah 1 dari 3 orang yang belum menyelesaikan administrasi serdos. Saya kemudian mengkonfirmasi ulang kalau saya memang sedang kurang sehat sehingga tidak bisa ke kampus. Lalu kemudian saya mendapat reply:
Sehat selalu ya mbak
Rasanya... Saya pengen marah sekaligus sedih 😡😠ðŸ˜ðŸ˜
Siapa sih yang nggak mau sehat? Siapa yang nggak mau berenergi banyak seperti sebelumnya? Siapa yang nggak mau menyelesaikan semua tanggungan??
Ya Allah saya terbawa emosi 😡😡😠😠ðŸ˜ðŸ˜
Saya sebenarnya iri dengan teman-teman saya yang sudah berhasil ujian proposal. Saya sebenarnya juga pengen melakukan hal yang sama.
Tapi kondisi saya sedang beda ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Kalau saya ada energi, saya pasti sudah menyelesaikan ini semua. Saya pasti jadi yang pertama yang ujian kemarin, wong model saya juga sudah sempurna ini.
Tapi kondisi saya sedang beda ðŸ˜ðŸ˜
Saya sayang sekali dengan makhluk kecil dalam tubuh saya. Saya takut sesuatu yang buruk terjadi lagi. Karena itu, saya selalu menganggap serius tanda sekecil apapun yg tubuh saya alami. Saya tidak mau gegabah lagi. Saya tidak mau kehilangan lagi, karena saya tidak sanggup kehilangan ☹️☹️☹️
Konsekuensinya ya saya memang harus benar-benar bersabar. Harus mau berjalan seperti siput meskipun sebenarnya saya ingin berlari kencang. Saya nggak mau juga malas-malasan, tapi saya memang sedang ada di posisi yang harus banyak beristirahat ☹️☹️☹️
Saya sedih
Tapi rasa sayang saya pada makhluk kecil di tubuh saya lebih besar.
Maaf hari ini saya menangis ☹️