Sunday 28 March 2021

Flash back

saya barusan menjalani wawancara untuk S3. masih ndredeg. nanti saya akan bercerita tentang alur upaya saya untuk sekolah lagi.

nah, kebetulan, tadi pas wawancara, ibu pewawancara-nya sedikit bertanya mengenai aktivitas dan kegiatan masa lalu. pas juga beberapa waktu lalu kepikiran, saya 10 tahun lalu ngapain saja ya. jadi, mari kita sedikit flashback, siapa tahu ternyata kita sudah melalui banyak hal, hanya saja kita kurang berterima kasih ke diri kita πŸ’“

2011 : kerja di merpat*. pengalaman kerja ke-dua. masuk sebagai pegawai outsouce. gaji kecil banget. selain karena perusahaan ga punya kewajiban kepada karyawan (kewajiban dialihkan ke si perusahaan outsource-nya), juga karena nilai kontrak perusahaan induk dan perusahaan outsource yang dikasih ke karyawan adalah jumlah yang telah dipotong tentunya. 

waktu itu kalau dipikir, gaji mah ga bakal bisa buat hidup, apalagi saya ngekos. tapi nyatanya ya cukup2 saja. makan siang sering dibeliin pegawai merpat* yang memang baik-baik semua. belum lagi kalau ada customer, entertain customer, kadang bancaan. intinya alhamdulillah saya ngga pernah kekurangan, walaupun kalau dipikir secara matematika ya ngga nutut 😊 

waktu kerja di sini juga saya akhirnya memberanikan diri daftar S2 lewat jalur beasiswa. dapat rekomendasi dari bapak atasan yang nampaknya ngaruh banget. dan alhamdulillah diterima. tapi akhirnya harus resign juga karena pernah dijanjikan akan ada tes pegawai tetap namun tidak pernah ada. bahkan setelah 1 tahun bekerja, gaji yang sudah sedikit itu pun dipotong. apalagi ditambah saya kuliah lagi yang artinya butuh tambahan dana kanπŸ˜₯ kadang kalau ingat masa-masa itu nelongso banget. hahaha  

2012 : kerja di merat*s. salah satu shipping line terbesar di Indonesia. nah, gara2 baca trit tentang kasus evergreen di terusan Suez kemarin yang bikin saya pengen flashback. ehhe..

kerja di sini enak. bicara gaji sih itungannya so so ya. ya karena posisi saya juga cuman staff biasa. tapi bicara tunjangan, jujur ini kantor yang paling "kantor" menurut saya. hahaha. 

cuanggih banget menurut saya. 9 tahun lalu, ruangan2 di merat*s semua sudah pakai lampu otomatis yang bisa mendeteksi gerakan. kalau ngga ada orang akan otomatis padam, dan nyala ketika ada orang. zaman ketika video conference baru sebatas skype yang ngga semua pakai itu, di sana rapat-rapat dengan cabang lain sudah pake v-con yang mana menurut saya waktu itu keren banget. jadi bisa hemat budget bepergian. masuk ruangan juga pakai ID akses yang tidak semua memilikinya. beneran mirip kantor-kantor di drama korea pokoknya. terus yang kerja di sana juga semuanya cantik-cantik, rapi-rapi. pakai baju yang bener-bener office look, high heel, yang laki juga rapi-rapi semua. keren banget pokoknya. juarang sekali ditemui karyawan dengan look seadanya. semua macak. dan saya menyukainya 😁   

lalu soal tunjangan, wihhh bangettt. terutama tunjangan kesehatan yang ngga nanggung-nanggung. dikasi asuransi paling oke. soal itu menyenangkan pokoknya.

tapi akhirnya resign karena drama kantor yang hadeh banget. kadang kalau keinget itu, suka heran sama diri saya sendiri. kok bisa saya tahan di sana sampai hampir 4 tahun. kategori hubungan yang cukup lama menurut saya. 

tapi ya, terlepas dari drama kantor, ketidakdewasaan saya saat bekerja di sana, ketidakprofesionalan saya, intrik politik kantor yang luar biasa, ya dengan bekerja di sana toh akhirnya saya bisa lulus S2. saya bisa punya uang saku saat kampus mengadakan acara ke luar negeri, bisa beli tiket PP, bisa njajan dan ndak terkatung2 di LN ya gara-gara saya bekerja di sana. bisa lulus walaupun dengan perjuangan luar biasa, ya gara-gara saya kerja di sana. kalau kerja di tempat lain belum tentu juga kan saya bisa melakukan dan melaluinya 😊

2013 : masih kerja di merat*s. masih kuliah. kenal laki-laki yang kerja di sana juga. lulusan U*M, kendaraan bagus, wajah lumayan. bahkan rekan kerja bilang : kalau kamu sama dia, yakin orang tuamu bakalan setuju banget. tapi belakangan saya paham, justru orang itu adalah orang toxic dan manipulatif pertama yang saya temui. saya sempat stress dan merasa ndak worth banget ya karena si orang ini benar-benar manipulatif. untunglah bisa lepas dari jeratannya. dulu bisa jalan sama dia sih, ya karena omongan orang sih. background-nya itu yang membuat semua orang percaya bahwa lulusan kampus baik ya pasti baik. 

at least saya belajar, nomor satu attitude, dan itu yang ingin saya ajarkan ke anak saya nanti. saya juga pengen kasih tahu anak saya bagaimana manipulative person bekerja. duh, kalau inget orang ini, berasa pengen getok saja kepalanya 😠 

ah ya, di tahun ini saya akhirnya lulus S2. yeayy πŸ’ͺπŸ’ž

2014 : masih di mera**s dengan intrik dan tekanan yang semakin menggila. kemudian di tahun ini, inget banget seseorang yang mengenalkan saya pada dunia blog datang. I fell to him since the first time I saw him. it was 2009. 5 tahun kemudian datang. seolah memberi harapan ya. saya yang memang dari awal suka sama dia, ya kepincut lah ya. tapi dengan alasan kita beda organisasi keagamaan, kita pisah πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†

ah ya, pernahkah anda mendengar pisah hanya karena beda ormas keagamaan? πŸ˜… well, saya contoh nyatanya. kita sempat dekat hanya sekitar 4 atau 5 bulan. tanpa aba-aba, dia bilang dia dijodohkan orang tuanya, kemudian lamaran dan menikah beberapa saat setelah saya ulang tahun. hadiah yang indah. 

jujur itu adalah tahun terburuk saya. saya benar-benar jatuh. damage-nya luar biasa sih πŸ˜… butuh 2 tahun lebih untuk memperbaikinya. 

saya tidak tahu jika dia masih datang ke sini atau tidak. tapi terakhir saya stalk sosmed-nya, saya merasa dia tidak hidup di jalan yang semestinya. sepertinya dia sedang menghukum diri sendiri, entah atas apa. ya well, kalau kamu sedang membaca ini sekarang, ayo berubah! kamu menyedihkan dengan terus menunjukkan keburukan yang seperti itu! kamu bisa lebih baik dari ini! 

ndak malu ta sama saya? i can even stood higher now! 

2015 : mulai double job. ngajar part time dan masih di kerjaan lama. tahun ini masih sama seperti tahun sebelumnya. I was hopeless. untuk tidur pun saya harus dibantu antimo tiap malanya. tiap hari jalan-jalan ke Delta atau Royal biar saya ndak gila di kosan melamun sendirian. 

di tahun ini saya dekat lagi dengan orang kantor. it was all good and fine. sampai akhirnya saya tahu ternyata dia sudah menikah dan sudah punya anak. saya ndak mau disalahkan tentu saja, wong HRD kantor saja ngga tau statusnya, apalagi saya. 

he finally divorced. dan syukurlah (?) saya bukan penyebab utamanya. saya cuman kerikil kecil dalam hidupnya yang kebetulan dipungut gitu aja. ya paling tidak ketika saya mengetahui bahwa kedekatan itu bukan penyebab utama pisahnya dia dengan istrinya, itu mengurangi sedikit rasa bersalah saya. meskipun sampai sekarang saya masih merasa berdosa sekali. ini adalah satu-satunya masa dimana saya ingin kembali ke masa lalu dan berharap tidak ada tahun ini.

berpisah dengan ex di tahun 2014 masih jauh lebih baik daripada peristiwa di tahun ini.

2016 : resmi resign dari shipping line. resmi ngajar sebagai dosen tetap. resmi berpisah dengan si teman kantor. 

inget banget, susah sekali waktu itu adaptasi di kampus. secara saya kan pegawai baru ya di sana. ndak ada orang yang tahu riwayat seberapa jatuh bangunnya saya 2 tahun terakhir. bahkan ada 1 dosen laki-laki yang bilang saya gila, hanya karena saya ngga bisa ikut-ikutan dengan gang mereka. karena waktu itu saya masih sibuk nangis tiap pagi malam, minum antimo, mendengar lagu-lagu kencang. saya tidak bisa menerima orang lain. 

dan proses adaptasi was suck!

tahun yang sama bulan oktober saya ketemu suami untuk ke-dua kalinya. ketemu pertama saat Maret 2016. saat pertemuan pertama itupun kami bahkan tidak saling berjabat tangan, seolah ya, "ahelah, siapa sih kamu. kamu ngga bakal ada dalam list saya". -___-"  

ketemu kedua saat kelas inspirasi akan dilakukan bulan November. rapat sebelum kelas dimulai adalah di bulan Oktober. 

and he was the game changer

dia adalah orang yang membuat saya percaya bahwa orang yang selaras antara kata dan perbuatannya itu ada. dia orang yang membuat saya percaya bahwa orang baik itu ada. dia orang yang mengembalikan self worth saya. memperlakukan saya dengan sebaik-baiknya. memanggil saya dengan panggilan sebaik-baiknya. 

he was my life savior

2017 : menikah dan langsung hamil. proses kehamilan bukan proses yang mudah untuk saya. tapi ternyata ini baru awal

2018 : punya anak. saya mendiagnosa diri saya sendiri ppd. sering nangis sendiri. merasa ngga berguna. merasa jadi jelek. merasa berbeda dengan saya yang lalu. I hate my self.

2019 : masih berjuang dengan hal yang sama di tahun sebelumnya. PPD is real. karena itu, jangan pernah remehin ibu-ibu yang baru melahirkan ya :')

beberapa beruntung tidak mengalaminya. beberapa harus berjuang bertahun-tahun untuk bisa kembali :')

2020 : masih berjuang untuk hal yang sama :')

2021 : nekat memutuskan untuk sekolah lagi. entah bagaimana cara dan ceritanya nanti. 

masih berjuang dengan ppd :') salah satunya dengan menulis ini. untuk mengetahui saya sudah melalui banyak hal. dan itu bukan hal yang mudah. saya sedang melaluinya. mungkin yang paling penting bukanlah titik akhir apakah ppd ini akan hilang dan saya bisa mendapatkan self worth dari diri saya lagi atau tidak. 

tapi dengan menulis apa yang terjadi 10 tahun terakhir, bisa jadi akhirnya saya paham bahwa saya ndak seperti orang lain, tapi diri saya sudah melakukan banyak hal untuk diri saya sendiri. dan itu selalu yang terbaik. dan saya adalah yang terbaik untuk diri saya sendiri. apapun itu :)


I love me :)    


btw ini tadi posting tentang flashback kan? πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

  

2 comments:

  1. semangat!
    smoga sukses ya

    ReplyDelete
  2. Maafkan untuk 2014nya yang mengecewakan, terimakasih atas penilaian mata lahiriahnya :) dan semoga selalu diberi kebahagiaan lahir batin ya ...

    ReplyDelete